Pada Cerita Part 1 ini merupakan kisah 5 tahun lalu (Tahun 2005)
ketika saya dan istri saya masih belum semapan dan memiliki uang seperti
sekarang ini (Tahun 2012).
Saya, Naryo, dan Yola, istri saya, tinggal di sebuah permukiman tidak
kumuh atau bisa dikatakan desa yang sudah cukup modern karena sudah ada
listrik dan telekomunikasi. Rumah ini diberikan oleh ayah saya karena
dia sudah tidak menggunakannya lagi. Ayah saya merupakan orang yang
cukup terkenal di desa ini. Jadi kami rasa tinggal di sini sangatlah
menyenangkan mengetahui bahwa banyak dihormati oleh tetangga dan orang
sekitar. Rumah kami ini tanahnya sangat besar, akan tetapi bangunannya
sudah cukup tua karena merupakan salah satu warisan dari kakek buyut
saya.
Sekiranya setelah kami menikah kami tinggal di rumah ini, kami selalu
bersikap ramah kepada semua orang desa ini. Dan selalu bersedia
menyediakan rumah ini untuk acara-acara desa ini berhubung rumah kami
sangat luas halamannya. Mungkin sedikit dari kalian yang mengetahui
bahwa kehidupan di pemukiman atau pedesaan adalah saling berbagi baik
makanan gula minuman buah-buahan sayuran serta rumah tinggal ataupun
halamannya. Jika sekali saja kami bertindak yang menentang dapat
dikucilkan oleh seluruh orang di desa ini. Karena
kebaikan kami
kepada orang desa serta istri saya yang berperawakan menarik dan periang
kepada semua orang. Istri saya, Yola, sangat dikenal oleh semua orang
di desa ini bahkan bisa dibilang ia merupakan wanita paling menarik di
desa ini. Banyak sekali tetangga saya yang melirik istri saya seperti
ingin menelanjanginya. Istri saya maupun saya menyadari mereka
berpikiran seperti itu akan tetapi kami terus berusaha ramah seperti
menyapa tertawa seperti layaknya tetangga biasa. Satu tahun telah
berlalu, kami belum juga di karuniai anak. Istri saya mulai jadi bahan
perbincangan orang-orang desa. Ada yang berpikiran saya tidak dapat
memuaskan istri saya padahal cantik begitu. Ada juga yang berpikiran
istri saya tidak dapat melakukan dengan saya. Akan tetapi, kami berusaha
menanggapi itu semua dengan baik saja tanpa rasa amarah. Oleh karena
itu, kami sangat menyukai anak-anak jika ada anak-anak yang sedang
berkunjung kami sering kali memberikan
makanan ataupun uang jajan
untuk mereka. Dan mereka cukup akrab kepada kami hampir seperti teman
bermain. Istri saya yang periang itu selalu mengajak mereka bermain
ataupun memberikan makanan. Anak-anak itu senang sekali bercanda dengan
istri saya, seperti kejar-kejaran karena mereka pura-pura mengambil
sendal istri saya ataupun ketika istri saya menjemur pakaian mereka
iseng sekali untuk menyolong pakaian kami yang sedang kami jemur (hanya
untuk bercanda).
Dua tahun telah berlalu, saya bekerja sebagai pemilik persawahan di
desa ini dan istri saya sesekali bekerja membantu neneknya menjaga toko
di kota. Kehidupan keuangan kami sangatlah cukup untuk ukuran orang
desa. Suatu ketika istri saya pulang cukup larut sekitar jam 20 malam
pada hari jumat. Kemudian, setelah berberes-beres istri saya
bersiap-siap untuk mandi, waktu menunjukkan pukul 21.00 malam. Lalu
istri saya ke halaman belakang rumah saya untuk bersiap mandi. Istri
saya melepaskan pakaian nya dan menggantungkan handuk serta pakaiannya
di samping kamar mandi karena kamar mandi kami kecil dan sempit tidak
dapat dibuatkan gantungan di sana. Sepertinya saya belum sempat
bercerita bahwa rumah desa seperti ini biasanya memiliki WC / Kamar
Mandi di halaman tidak di dalam rumah seperti di kota-kota besar. Karena
kami memiliki tembok yang cukup tinggi. Maka kakek saya membangun WC
tersebut agak terbuka. Kamar mandi tersebut tetap memiliki atap dan
pintu, hanya saja pintu tersebut terbuat dari papan tipis dan sebagian
terbuka di bagian kaki serta sebagian terbuka di bagian kepala serta
tidak menggunakan kunci melainkan hanya cantelan. Atapnya pun terbuat
dari seng plastik dan beberapa kayu. Hanya untuk melindungi panas. Letak
kamar mandi tersebut kebetulan berseberangan dengan jendela kamar tidur
kami. Sehingga jika istri saya mandi saya dapat melihatnya dengan jelas
kaki dan kepala istri saya dari dalam kamar serta suara air bak yang di
gayung oleh istri sayapun terdengar dengan jelas.
Saat itu, saya sedang berada di kamar sambil mempersiapkan uang untuk
pembelian pupuk sawah kami. Sesekali saya melihat istri saya yang
sedang mandi. Sekiranya beberapa menit setelah itu saya seperti
mendengar ada suara cekikikan anak kecil tertawa. Sepertinya itu adalah
suara Doni dan Rizal (anak dari salah satu tetangga kami). Mereka ini
bersekolah tingkat SMU 1. Lalu saya berusaha mencari asal suara tersebut
ternyata mereka memanjat tembok belakang rumah kami dan mengintip istri
saya yang sedang mandi. Saya melihat dari posisi itu ia
tidak dapat
melihat tubuh istri saya seluruhnya. Karena tertutup dengan atap serta
pintu kamar mandi kami akan tetapi jika istri saya bergerak ke pojok
kamar mandi mungkin dapat terlihat sebatas dada hingga ke kepala. Saya
ingin menegurnya lalu saya berpikir “ah sepertinya hanya anak-anak saja,
ngerti apa sih, paling bercanda saja.” Serta saya juga merasakan darah
saya berdesir entah mengapa antara rasa suka, bangga, senang, dan horny.
Sekiranya 20 menit kemudian istri saya sudah bersiap untuk keluar dari
kamar mandi, lalu saya melihat kedua anak tersebut menundukkan kepalanya
tetapi mereka tetap masih berada di sana. Ketika istri saya keluar
untuk mengambil handuk, saya yakin mereka melihat tubuh istri saya
seluruhnya telanjang tanpa sehelai pakaianpun. Mereka cekikikan sambil
turun dari sana. Lalu istri saya kembali ke dalam, dan saya tidak
mengatakan apapun tentang itu.
Dengan perasaan libido saya yang sudah meningkat tadi langsung saja
istri saya yang baru kembali ke dalam rumah saya ajak bermain di ranjang
cinta kami. “Mah, papa ingin nih…”, kata saya. Istri saya berkata “Ihh
papa, masa baru mandi uda mau di kotorin lagi…”. Tanpa menunggu
persetujuan, saya langsung menyambar handuk istri saya. Dan saya melihat
dua buah payudara berukuran 34 C menggantung bebas. Saya langsung
menghisap buah dadanya dan menyelipkan jari saya ke dalam liang
kewanitaannya. Setelah itu saya sudah tidak tahan lagi untuk memasukkan
senjata saya ke dalam liang tersebut. Karena kami ini hanyalah orang
desa biasa, permainan kami belumlah seperti
orang-orang pada umumnya.
Asalkan kami puas kami senang. Saya menggoyangkannya berkali-kali istri
sayapun mengikuti irama saya. Saya tidak tahan lagi tanpa berlama-lama
sayapun mencapai puncaknya. Dan keluarnya semuanya didalam rahim istri
saya. Saya terkulai lemas karena kepuasan yang belum pernah saya rasakan
sebelumnya. Sedangkan, istri saya nampak belum merasakan apapun. Ia
hanya menggerutu, “papa bikin mamah pusing aja.” Saya tidak mampu
menjawab apa-apa.
Keesokan harinya Doni dan Rizal serta beberapa anak lainnya seperti
biasa bermain-main ke rumah kami. Doni dan Rizal bersikap biasa saja
hanya saja sesekali mereka hanya tertawa-tawa saja melihat istriku dari
kejauhan dan saya mengerti betul mengapa mereka tertawa. Semenjak itu
Doni dan Rizal menjadi anak-anak yang lebih sering ke rumah kami. Dan
saya pun karena menyukai anak-anak sering mengajaknya bermain catur atau
kartu bersama tetangga-tetangga lain di rumah kami maupun menonton
televisi. Beberapa hari setelah itu kejadian yang serupa terjadi lagi.
Ketika istriku sedang mandi Doni dan Rizal berusaha mengintip istriku
kembali dari balik diding. Sayapun senantiasa memantau mereka dari dalam
kamar. Ketika istriku keluar dari kamar mandi, istriku sepertinya
menyadari kehadiran Doni dan Rizal karena saya lihat istriku mengadah ke
atas untuk melihat ke arah dinding tersebut. Saya melihat Doni dan
Rizal panik berusaha menundukkan kepalanya. Tetapi saya yakin istri saya
masih dapat melihat rambut mereka yang masih sedikit menonjol. Namun,
yang saya kagetkan adalah, istri saya tidak mengatakan apapun kepada
mereka malah istri saya bersikap biasa saja seperti tidak mengetahui
kehadiran mereka. Saya sendiri bingung apakan istri saya mengetahui
kehadiran mereka atau tidak. Namun dari gelagat istriku, sepertinya saya
yakin betul istriku menyadari kehadiran mereka. Istriku bersikap cuek
saja dan handukan lalu masuk ke dalam rumah. Saat ini, aku mengalami
libido yang jauh lebih tinggi lagi dari kejadian pertama, karena yang
ada di dalam pikiranku saat ini adalah istriku “dengan sengaja”
memamerkan tubuh telanjangnya kepada anak-anak SMU itu. Walaupun aku
sendiri tidak pernah tahu kebenarannya. Lalu, ketika istriku masuk ke
dalam kamar, aku sangat-sangat ingin menyetubuhi istriku kembali. Dengan
sangat cepat aku mencium dan meraba seluruh tubuh istriku. Dan yang aku
herankan istriku tidak menolak apapun, ia hanya berkata “masss…
hmpphhh”. Aku meraba dadanya, meremasnya memilinnya, menghisapnya,
menciumnya. Ia hanya melenguh, “uhhhmm…” Ketika aku menggapai
selangkangannya… Aku sangat kaget, ternyata istriku sudah basah!!! Aku
tidak tahu apakah ini pengaruh dari rangsanganku ataukah karena Doni dan
Rizal tadi. Apapun itu, aku, aku berpikir tidak karuan tidak sampai 5
menit aku sudah mencapai ejakulasiku lagi!!! Aku sangat menyesalinya!!!
Istriku, Yola, wanita periang ini pun berseru kepadaku, “papah jangan
dongg mama masih mau… ayo dong pahh!” Lalu aku benar-benar menyesal dan
menjawab, “maaf ya mamah, abis mama cantik banget malam ini.” Istriku
menggerutu lagi, “ah papa mah!!” Dan, akupun tertidur. Aku tidak tahu
lagi apa yang dilakukan istriku setelah itu. Yang aku tahu keesokan
paginya, aku tidak menemukan istriku disebelah ku. Melainkan ia tertidur
di depan televisi tanpa mengenakan pakaian sehelaipun. Lalu aku
membangunkan istriku untuk menyuruhnya mandi. Sekaligus aku bertanya,
“loh mamah kok tidur di sini? gak pake baju lagi” Istriku kebingungan
sambil menjawab, “iyah pah abis kemarin kita main seru, mamah keluar
sebentar ambil minum eh ketiduran deh.” Sayapun tidak bertanya lagi
lebih lanjut apa yang terjadi setelah saya tertidur, saya hanya berpikir
sendiri “apakah ia bermasturbasi sendirian? ataukah ada yang
menontonnya? ataukah ia selingkuh dengan pria lain?” Tetapi saya tidak
mencium adanya bau-bau
pria lain ataupun kecurigaan yang bersangkutan dengan itu.
Beberapa hari kemudian, hari itu adalah hari sabtu pukul 10 pagi,
Doni dan Rizal bermain ke rumah untuk menonton televisi. Istriku sedang
berberes-beres rumah dengan hanya mengenakan daster tipis putih bercorak
kembang saja. Sedangkan aku sedang berbenah di dalam kamar. Namun,
sudah saatnya istriku untuk mandi. Istriku masuk ke kamar dengan
melewati untuk mengambil daster baru. Lalu, saya melihat dari kamar
bahwa istriku melepaskan daster lamanya dan menggantungnya seperti biasa
di samping kamar mandi, dan berjalan ke dalam kamar mandi. Ketika air
bak mandi istriku terdengar. Saya mendengar Doni dan Rizal seperti ribut
sendiri dan berlarian ke belakang rumah kami. Lalu saya mulai mengintai
keberadaan Doni dan Rizal, dan benar saja mereka sedang mengintip
istriku lagi. Akan tetapi, dari posisi itu ia tidak akan melihat tubuh
istriku, karena terutup oleh pintu kamar mandi. Paling yang terlihat
hanya kaki dan kepalanya saja. Akupun mengintip istriku dari dalam
kamar. Lalu aku menyadari, sepertinya di dalam gantungan baju di sebelah
kamar mandi tersebut kok istriku tidak membawa handuk yah? Aku melihat
istriku sudah selesai dari mandinya dan beranjak keluar dari kamar
mandi. Sedangkan Doni dan Rizal masih di pintu belakang mengintip
istriku. Saya yakin ketika istriku keluar dari kamar mandi Doni dan
Rizal dapat melihat dengan SANGAT jelas ketelanjangan istriku di depan
mereka. Sekali lagi alat kejantananku terbangun melihat keadaan ini.
Istriku terlihat sangat menawan dengan keadaannya yang basah seperti
itu. Namun entah berpura-pura atau ia memang terlupa untuk membawa
handuk, akhirnya ia hanya mengenakan daster lamanya untuk mengelap
badannya yang basah. Lalu mengenakan daster basah tersebut untuk
tubuhnya sambil berjalan ke dalam rumah. Saya melihat Doni dan Rizal
berlari menuju ruang tengah untuk berpura-pura nonton televisi. Namun
istriku yang berdaster tipis basah dan saya melihat dadanya serta
bulu-bulu kemaluannya dapat terlihat jelas di balik daster basahnya itu.
Berjalan melewati Doni dan Rizal menuju kamarku. Akan tetapi, Doni
dengan isengnya berkata, “bibi, doni boleh minta susu ga?” Istriku
menengok ke arah Doni, dan berkata, “oh.. bentar ya bibi ambilkan.”
Lalu, saya mendengar Doni dan Rizal tertawa cekikikan berdua. Dengan
masih berpakaian seperti itu, istriku ke dapur untuk mengambil susu sapi
di dalam kulkas kami. Entah istriku sengaja atau memang pura-pura tidak
tahu bahwa mereka sedang menggodanya. Istrikupun mengantarkan “susu”
tersebut ke meja di sebelah Doni. Menurut saya “susu” yang diantarkan
bukanlah susu sapi tersebut melainkan dada istriku yang tercetak jelas
di balik daster basahnya. Setelah itu istrikupun beranjak untuk masuk ke
dalam kamar. Kali ini aku tidak berani menyambar istriku walaupun aku
sudah sangat tegang sekali melihat keadaan ini. Aku tetap berusaha
menggapai kesadaranku bahwa di luar sana ada tamu. Akan tetapi, ternyata
keadaan berbalik, kali ini istriku yang menyambar diriku!!!
Ternyata
istriku sangat terangsang dengan keadaan itu!! Gila! Ia menjadi seperti
wanita yang kehausan beriahi. Ia dengan terburu-buru menelanjangiku.
Dan mengatakan satu kalimat kepadaku, “mas puaskan aku.” Aku ingin
berkata di depan kan ada Doni dan Rizal, tetapi ia langsung saja
menyambar bibirku melumatnya. Dan menuntun senjataku yang sudah sangat
keras ke dalam liang kewanitaannya. Dengan terus menggoyangkan
pinggulnya menari-nari di atas kejantananku ia mulai meracau, “sshhh…
ohhh… hmphh…” Sambil meremas-remas dadanya sendiri. Seperti sedang
melakukan nya seorang diri tanpa menyadari kehadiranku. Akupun melihat
dan mendengar keadaan sekitar di manakah Rizal dan Doni berada. Tetapi
percuma saja dengan keadaanku dan suara istriku yang sedang meracau aku
sangat sulit untuk mendengar mereka di depan sana. Saya cukup yakin
bahwa Doni dan Rizal dapat mendengar racauan istriku yang sudah
terangsang berat ini. Aku tidak begitu konsentrasi dengan persetubuhan
ini melainkan aku berusaha mencari keberadaan Doni dan Rizal tetapi
tidak menemukannya juga. Sekiranya, 10 menit telah berlalu. Aku mulai
kembali untuk “menikmati” istriku. Aku sudah mulai berada dipuncak
kenikmatan sedangkan Istriku pun sudah mulai mencapai puncaknya. Istriku
memejamkan mata menegadah ke atas sambil meracau, “ohhh masss…. akuu
keluarrrrr ssshhhhh…” Sambil terus meremas dadanya dan menarik pentilnya
sekuat-kuatnya ke depan. “ohhhhh…….hhhhh….” lenguhan panjang tanda ia
keluar. Akupun keluar bersamaan dengan istriku. Berulah setelah istriku
berhenti bersuara aku mendengar suara di halaman belakang dari jendela
tempat aku melihat kamar mandi belakang. Suara langkah kaki yang
menginjak dedaunan di sana. Berarti? Apakah dari tadi Doni dan Rizal
mengintip kami dari sana? Jika ia mereka mengintip kami dari sana, hanya
istriku yang dapat melihat mereka karena posisi
istriku menghadap
jendela itu secara langsung. Jendela itu berada di atas kepala ku
sehingga aku tidak dapat melihatnya. Sekali lagi timbul banyak
pertanyaan dengan istriku ini. Seselesainya kami berbenah kami keluar
dari kamar untuk bergabung dengan Doni dan Rizal. Akan tetapi, kami
tidak menemukan mereka. Beberapa menit setelah itu kami mendengar mereka
berjalan dari arah halaman belakang ke ruang tengah. Istriku hanya diam
saja melihat mereka sedangkan aku penuh dengan segala pertanyaan.
Akupun bertanya kepada mereka, “habis dari mana kalian?” Doni menjawab
sambil gugup, “eh, anu pak dari kamar kecil.” Lalu, aku berpikir sendiri
“kok ke kamar kecil berdua?”
Kemudian kami menonton televisi dengan sangat diam dan terasa aneh.
Biasanya mereka suka bercanda dengan kami akan tetapi, kali ini mereka
memilih untuk diam. Sekiranya, 30 menit kami berada dalam kesunyian.
Akupun mulai merasa tidak betah. Maka, aku memutuskan untuk pergi ke
halaman belakang dengan maksud memeriksa posisi mereka mengintip kami
tadi. Setibanya disana aku benar-benar tecegang atas apa yang kulihat.
Ada dua bercak sperma di atas tanah berada tepat di depan jendela kamar
kami. Dengan sangat jijik aku mengambil air untuk menyiramnya.
Sekembalinya aku ke dalam aku mekihat mereka mulai tertawa bersama
istriku, doni dan rizal sudah kembali normal. Entah apa yang terjadi
selama aku pergi ke halaman belakang yang pasti keadaan sudah menjadi
nyaman.
Setelah hari itu, pikiranku selalu dibayang-bayangi atas kejadian
doni dan rizal mengintip aksi kami di ranjang membuat ejakulasiku
menjadi cepat sekali. Kebanyakan dari persetubuhanku dan istriku adalah
kepuasanku semata. Aku hampir tidak mampu lagi memuaskan libido istriku
yang semakin liar dalam tiap permainannya. Sedangkan aku terus
dibayang-bayangi oleh kejadian itu, membuatku semakin horny membayangkan
saat itu istriku “dengan sengaja” memamerkan aksi liarnya di depan
anak-anak kampung itu. Sekiranya sebulan telah berlalu dari kejadian
itu, aku sangat menyesali selama itu aku tidak mampu memuaskan istriku
karena ejakulasiku menjadi sangat dini. Hari itu adalah hari jumat
malam, istriku pulang larut lagi seperti biasa pukul 20.00, ia berbenah
lalu bersiap mandi. Akan tetapi kali ini aku berpura-pura tidur dan
sudah meredupkan lampu kamar kami. Karena saya yakin, seperti terdahulu
jika istriku mandi malam hari pastilah Doni dan Rizal mencoba mengintip
istriku. Aku kembali diposisi jendela kamarku untuk melihat keadaan
istriku. Dan sepertinya Doni dan Rizal juga sudah mulai diposisinya
mengintip. Ketika itu istriku nampak sesekali melihat ke arah jendelaku
mengintip entah mengapa sayapun tidak tahu. Dan saya bersembunyi
beruntung kamarku saat itu sudah gelap sehingga ia tidak dapat melihat
keberadaanku dengan mudah. Tiba-tiba belum ada 10 menit istriku mandi ia
keluar dari kamar mandi menuju halaman depan rumah kami dengan berjalan
mengendap-endap sambil bertelanjang bulat. Untung saja jika sudah malam
jarang ada orang desa ini yang berkeliaran. Akupun berpindah ke ruang
tengah untuk mencari keberadaan istriku. Dengan badan yang sexy
mengkilat karena air berjalan ke arah pagar rumah kami mengintip ke
kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang. Lalu, ia membuka pagar itu
secara perlahan. Gila! Ia berdiri di depan rumah kami dengan
bertelanjang bulat saya
sangat berharap tidak ada orang yang
melihatnya, karena ini bisa menjadi skandal bagi keluarga kami. Sekitar
3-5 menit ia berada di luar pagar. Namun, ia seperti terburu-buru
kembali lagi ke dalam rumah melewati pintu depan. Akupun berlari sambil
berjinjit untuk kembali ke kamar. Aku mendengar istriku memasuki ruang
tengah. Dan berjalan ke arah kamar kami. Akupun langsung berpura-pura
tidur sambil memeluk guling. Setelah memastikan keberadaanku yang masih
tertidur. Istriku berjalan kembali ke arah kamar mandi. Saya melihat
keberadaan Doni dan Rizal hilang dari tempat mereka. Apakah mereka
mengikuti istri saya yang berada di depan pagar tadi? Sayapun tidak
begitu mengetahuinya. Sekembalinya istriku ke kamar mandi ia membawa
sesuatu di genggaman tangannya. Ternyata itu adalah Timun kecil. Saya
bertanya-tanya untuk apa ia membawa buah timun ke kamar mandi? Istriku
melanjutkan mandinya hanya dengan beberapa siraman saja. Saat itu waktu
menunjukkan pukul 22.00, ia malah keluar lagi dari kamar mandi dan
mengambil kursi kecil yang biasa ia pergunakan untuk duduk ketika
mencuci pakaian. Ia pergunakan kursi tersebut untuk duduk di depan kamar
mandi menghadap ke arah Doni dan Rizal mengintip
sehingga aku hanya
dapat menonton dari samping. Aku tidak tahu apakah itu sengaja atau
kebetulan saja. Jika kalian pernah mengetahui kursi
cucian ini, ia
berbentuk sangat pendek sekitar 30 cm dari permukaan tanah terbuat kayu.
Jika anda duduk di kursi ini maka posisi anda akan
seperti
berjongkok mengangkang. Jadi secara “live” istriku mengangkang ke arah
Doni dan Rizal. Lalu ia mengambil timun tersebut dan memasukkannya ke
arah liang kewanitaannya. Perlahan tapi pasti timun itu masuk ke dalam
selangkangannya. Saya melihat Doni dan Rizal
sepertinya sedang
melakukan sesuatu yang saya sendiri sedang lakukan sekarang. Walau aku
tidak tahu pasti apakah mereka sedang beronani atau tidak tapi guncangan
kepala mereka sepertinya menuju ke arah itu. Aku melhat istriku semakin
asyik dengan aksinya, ia mengigit bibir bawahnya dan mengangkang kebih
lebar lagi dan merebahkan badannya kebelakang dengan hanya menggunakan
satu tangan bertumpu di tanah merah dan kotor untuk menopang tubuh
telanjangnya itu, sedangkan tangan satu lagi mempertahankan timun itu
tetap keluar masuk di selangkangannya. Ia melenguh untuk yang pertama
kalinya mungkin tidak dapat dipertahankan lagi, “hmphhhhh ohhh…..”
Setelah lenguhan pertama itu ia melirik ke arah jendelaku lagi
memastikan aku tidak bangun. Setelah ia merasa aman, ia melenguh lagi,
“ohhhh…. sssshhh yaaahhhh….” Semakin nyaring terdengar olehku. Ia
melirik lagi ke jendelaku. Dan semakin menjadi-jadi rupanya nafsu
istriku yola, sang periang, kembang desa ini, istri terhormat, sedang
berusaha meraih kepuasannya dari sebatang sayuran. Sambil membiarkan dua
orang anak ABG mengintipnya. Istrikupun semakin gila racauannya,
“ohhh…. ohhh…. sshhhmmmm….” Semakin keras suara racauannya. Ia
sepertinya sudah tidak perduli lagi apakah aku akan bangun mendengar
racauan itu. Ia menjadi semakin lepas kendali, ia semakin merebahkan
badannya kebelakang hingga tertidur di tanah kotor itu. Dengan pantat
nya yang besar itu tetap bertumpu di bangku kecil,
kini ia
mengangkangkan kakinya lebih lebar lagi. Tangan yang sebelumnya ia
pergunakan untuk menopang tubuhnya kini sudah bebas karena tidak lagi
menopang melainkan tidur di tanah. Tangan itupun beraksi ke arah
putingnya dengan penuh tanah merah dan kotor ia peeperkan saja kotoran
itu ke perutnya dan melanjutkan untuk memilin puting kirinya. Hingga
sebagian kiri dari tubuhnya kotor karena tanah. Dengan badan mengkilat
karena air mandi, kotor karena tanah merah, selangkangan disumbat oleh
timun, istriku melenguh lebih kencang “ohhhh
yaaahhhhh……..!!!” Akupun
tak kuasa melihat ini dan berejakulasi di dalam tissue yang sudah
kusediakan. Sambil membersihkan senjataku aku
terus memperhatikan
istriku yang semakin gila, ia mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan
semakin melebarkan vaginanya yang merekah itu dengan masih ditutupi oleh
bulu yang lebat, ia mencapai klimaksnya, “ohhh ssshhh ngeeeeehhhh
ngeehhhh….” begitu sekiranya racauannya seperti kambing saja. Sambil
terengah-engah ia melepaskan tangannya dan tetap membiarkan timun itu
menempel di selangkangannya. Dengan masih berposisi terlentang di tanah,
istriku menggeser kursi pendek itu karena sepertinya cukup sakit untuk
berada di atas itu lama-lama. Iapun rebahan ditanah kotor itu sekitar 3
menit. Lalu ia bangkit berdiri. Dan timun itupun menggelincir terlepas
dari selangkangannya. Istriku meneruskan mandinya tanpa menutup pintu
kamar mandinya sama sekali. Seselesainya ia mandi, istriku membereskan
kursi tersebut dan membuang timun itu ke jalanan. Aku tidak akan
menyalahkan istriku atas masturbasi yang ia lakukan ini. Karena jujur
saja sudah selama 1 bulan istriku tidak mendapatkan kepuasan seperti ini
dariku karena ejakulasiku semakin dini atas fantasi-fantasi istriku.
Selain itu juga aku sangat mencintai istriku yola. Terlebih lagi
aksi-aksi istriku ini memberikan kepuasan tersendiri kepadaku.
Antara bangga, senang, horny, cemburu, marah, bekecamuk dipikiran
saya atas apa yang diperlakukan oleh Doni dan Rizal terhadap Yola istri
saya. Sayapun tidak menyadari bahwa hal ini dapat menjadi lebih parah
dari yang saya kira di part selanjutnya akan saya ceritakan lebih lanjut
mengapa saya sebut aksi eksibisionis ini menjadi lebih “parah”.
Salam,
Naryo & Raka
Lanjutkan ke part 2
________________________________________________ __________________________________________________ ___________
Terima kasih kepada para pembaca atas tanggapan positif dan
apresiasinya kepada saya melalui email. Saat ini saya persembahkan karya
terbaru Part 2 dari kisah istri saya Yola.
Lanjutan dari Part 1
Prolog:
Cerita di bawah ini merupakan 80% kisah nyata yang
direvisi oleh saya Naryo selaku suami, bersama sahabat cyber saya
bernama Raka (perlu diingat bahwa Raka akan muncul di part 3 dari kisah
berkelanjutan ini). Nama yang akan di tampilkan dalam sepanjang cerita
“Istriku ternyata Eksibisionis” ini adalah 100% nama pendek dan nama
panggilan dari nama asli kami.
Saya (Naryo) 32 tahun dan Istri (Yola)
29 tahun, kami sudah menikah selama 7 tahun lamanya (Sejak Tahun 2005).
Saat ini sudah tahun 2012, Agustus. Sedikit bercerita tentang istri
saya selaku tokoh utama dari kisah nyata ini, ia memiliki penampilan
cukup sederhana dan menarik, sangat periang, dan memiliki banyak teman.
Menurut Raka, istri saya cukup cantik dan menarik jika diberi angka 1-10
ia memilih angka wajah (7.5) dan badan (7). Dan ia seperti memiliki
darah keturunan chinese hanya sekitar 20% saja (tidak terlalu
kelihatan).
Tokoh-tokoh dalam kisah Istriku ternyata Eksibisionis Part 2 (Hasrat Terpendam):
1. Naryo (penulis, saya, suami dari Yola)
2. Yola (tokoh utama dalam cerita ini, istri dari Naryo)
3. Raka (teman cyber online saya yang membantu penulisan dan revisi kisah ini)
4. Doni (pelajar SMU 1, anak dari tetangga di desa kami)
5. Rizal (teman doni, lebih pendiam)
6. Pak Yono (sang benalu desa, orang yang kurang ajar, tidak tahu malu, gendut, tidak menarik, pengangguran)
7. Pak Risman (pekerja keras, sangat hormat kepada semua orang terutama saya dan istri saya)
Pak Soni (tetangga sekaligus sahabat keluarga kami)
8. Pak Mamat dan Pak Bayu (berkulit sawo matang dan tidak memiliki pekerjaan tetap, hanya sebagai petugas keamanan desa kami)
Seperti
yang sudah diceritakan pada Part 1 asal mula mengapa istri saya, saya
“curigai” menyukai aksi eksibisionis. Di dalam Part 2 ini akan saya
perjelas lagi bahwa “teori saya , kecurigaan saya” mengenai istri saya
eksibisionis menjadi lebih jelas dan yakin. Kecurigaanpun berlanjut ke
arah, “hasrat yang terpendam”. Jika kalian membaca Part 1 tentunya
kalian mengetahui mengapa saya tidak dapat lagi menjadi “suami ideal”
terutama dalam masalah ranjang. Part 2 ini bercerita situasi keluarga
kami di penghujung tahun 2005. Dan beginilah kisahnya istriku tercinta,
Yola.
==================================================
Seingat saya waktu itu sekitar hari raya lebaran pada tahun 2005,
pada hari raya seperti ini keadaan desa kami menjadi sangat ramai dan
sangat rawan sekali dengan pencurian. Banyak sekali kejadian barang yang
hilang, hal ini justru terjadi ketika sedang ramai-ramainya kita
bersilaturahmi ke rumah para tetangga. Oleh karena itu, kami mengadakan
ronda keliling desa secara bergilir membantu memeriksa keadaan rumah
yang lupa di tutup pintunya baik pintu belakang maupun pintu depan dan
sebagainya. Kejadian Doni dan Rizal mengintip istri saya sudah berlalu
sekitar 2 bulan lamanya. Seperti yang sudah kalian ketahui, semenjak
kejadian aksi istri saya di depan Doni dan Rizal membuat saya tidak
dapat melupakan hal itu terutama ketika saya melakukan aktifitas suami
istri kami di ranjang. Saya menjadi sangat bernafsu dan cepat sekali
mengalami ejakulasi. Hampir selama ini kami berhubungan mungkin dapat
dihitung dengan jari istri saya dapat mencapai “kepuasannya”. Dan,
sejauh ini saya berpikir memang itu adalah kesalahan saya membiarkan
istri saya diintip oleh anak-anak kampung itu. Sesekali muncul perasaan
kesal dan menyesal dalam hati saya. Akan tetapi, dorongan nafsu birahi
yang melanda senjata saya jauh lebih besar untuk membiarkan istri saya
melakukannya.
Pada saat itu siang hari, kami sedang bersilaturahmi keliling dengan
para tetangga kami, entah mengapa ketika saya berkunjung ke rumah Doni
dan juga setelah itu berkunjung ke rumah Rizal. Kami terutama saya,
merasakan hal yang aneh, saya merasa istri saya sedang diperhatikan oleh
Doni maupun Rizal. Setiap kali mereka mengajak bercanda istri saya atau
mengajak berbicara saja, saya seperti terdorong perasaan cemburu,
senang, dan bernafsu. Nampaknya hal ini juga terjadi pada istri saya,
terlihat dengan mukanya memerah setiap kali bercanda dengan mereka dan
nampak sekali bahwa istri saya memperhatikan kedua anak ini. Seusai
bersilaturahmi dari rumah Rizal, waktu sudah menunjukkan pukul 19:00
malam. Kami berbenah diri untuk bersiap-siap tidur, sudah lama saya
tidak melihat kehadiran ataupun mendengar Doni dan Rizal mengintip istri
saya lagi semenjak kejadian di heboh istri saya bermasturbasi di depan
mereka seperti yang di ceritakan di Part 1. Hal ini membawa sedikit
kekecewaan sekaligus ketenangan bagi saya.
Seusai kami mandi kami bersiap untuk tidur, waktu sudah menunjukkan
sekitar pukul 21:00 malam. Ketika kami sedang bersiap-siap
mengunci-ngunci rumah, tiba-tiba saja istri saya “menyosor” ingin
meminta jatah malam ini. Tanpa berpikir panjang lagi, sayapun menyambut
ciuman istri saya dengan kuluman hisapan dan kecupan lembut. Oh yah,
saya belum sempat bercerita, sekiranya dua bulan lalu, istri saya
menjadi “malas” menggunakan pakaian dalam ketika berada di rumah.
Terlebih lagi, akhir-akhir ini keadaan sangat panas di desa kami karena
kami belum memiliki AC hanya kipas saja, istri saya lebih senang untuk
tidur telanjang. Dan sayapun merasa tidur telanjang berdua lebih nyaman.
Sepertinya inipun merupakan salah satu dampak samping dari “aksi” istri
saya di depan Doni dan Rizal, yaitu eksibisionis. Hanya saja selama 2
bulan terakhir ini saya tidak pernah melihat kehadiran mereka, mungkin
istri saya jadi ingin “memamerkannya” kepada saya berhubung tidak ada
lagi orang yang dapat dipamerkan. Saat itu, istri saya mengenakan daster
berwarna orange saya merasa yola seksi sekali malam itu. Sambil lidah
kami menyatu dan berpautan, tanganku pun tidak bisa tinggal diam, mulai
meraba-raba dada 34 C istri saya tersebut dan memang sudah tidak
mengenakan Bra lagi. Saya memilin dan meremasnya dengan “sedikit kasar”
nampaknya yola pun menyukainya sambil berteriak manja, “awwww…. ihh…”
Aku hanya menyeringai dan menciumnya kembali. Akupun tidak sabar
menantikan apa yang ingin kami lakukan selanjutnya dengan istriku yang
sangat amat bernafsu malam ini. Di satu sisi aku takut tidak mampu
memuaskannya lagi malam ini, di satu sisi aku ingin sekali cepat-cepat
“menyantap” tubuh istriku yang sexy ini. Akhirnya aku mengangkat istriku
dan membawanya ke kamar tidur, setelah mengunci pintu kamar, sayapun
membuka seluruh pakaian saya, dan ternyata istri sayapun sudah tidak
mengenakan pakaian sehelaipun. Tanpa menunggu lama lagi, saya langsung
saja mencolokkan jari saya ke dalam liang kewanitaannya. Ia pun mendesah
kecil, “uhhh….” Saya dengan mata penuh nafsu memandang istri saya yang
sedang bernafsu tinggi seperti kuda liar bergerak ke sana kemari, dengan
mata terus terpejam memandangi arah atas menikmati sodokan demi sodokan
dari jari saya. Tak lama setelah itu, istri saya tersadar dan ingin
secepatnya menyuruh saya memasukkan senjatanya ke dalam liang
kewanitaannya. Lalu ia menarik kejantanan saya ke arah mulutnya, di
hisapnya kuat-kuat senjata saya. Saya sampai berkomentar, “duh mamah,
jangan keras-keras dong.” Yola menjawab sambil cekikikan, “hihi… abis
lucu si pah… gemezzzz” Lalu yola menghisapnya dengan lembut dan enak
sekali, aku semakin mulai tidak konsentrasi dengan kocokan jari-jariku
di dalam kemaluannya. Sekiranya 15 menit sudah berlalu, istri saya belum
juga melepaskan senjata saya dari mulutnya, padahal saya sudah sangat
tidak tahan lagi jika terlalu berlama-lama di mulutnya bisa “berbahaya”.
Lalu saya harus berpikir cepat sebelum saya “mencapai puncak”, maka
saya mulai berpikir untuk mencopot cincin kawin saya (agar tidak
menyakiti), lalu memasukkan ke 5 jari saja ke dalam kemaluan istri saya
secara perlahan. Agar dianggap seperti “senjata raksasa” yang sedang
masuk ke dalam vaginanya. Ia pun mulai merasakan enaknya dari ke 5 jari
tersebut, saya putar saya sodok keluar masuk ia mengelak-ngelak
kepanasan sangat horny sekali. Akan tetapi, saya ternyata lengah,
melihat istri saya sangat bernafsu seperti ini, sexy, seperti wanita
gila sex, ia melahap senjata saya lebih kuat lagi dan lebih cepat lagi,
tiba-tiba saja bayangan saya adalah Doni dan Rizal tadi siang yang
sedang bercanda seperti “menelanjangi” istri saya. Maka, tak tertahankan
lagi… Lahar panas itu menyembur dengan keras dan cepatnya ke dalam
mulut istri saya. Sebagian menetes ke lehernya, aku tahan dengan pakaian
kotor kami, sebagian besar masuk ke dalam mulutnya dan yang saya
herankan selama ini istri saya tidak pernah mau dikeluarkan di dalam
mulut. Tetapi kali ini, ia malah menelannya!!! Sayapun terheran-heran
akan kelakuan istri saya ini. Ada apakah gerangan? Saya benar-benar
tidak dapat memahami hati wanita yang sedang horny seperti ini. Lalu,
usai sudah pergumulan kami, sayapun meminta maaf lagi kepada istri saya,
“duh… maaf ya mah, mama blm keluar yah?” Yola pun menjawab dengan
sedikit kesal namun tersenyum, “iiyah pah, gak apa apa, papa jorok ih
masa di mulut mama…” Akupun bingung ingin menjawab apa, ingin sekali aku
menanyakan “kalau jorok kok ditelan?” Tetapi aku tidak ingin menyakiti
perasaan apapun terlebih lagi aku belum dapat “memuaskan” dia lagi malam
ini. Kami pun dengan keadaan masih terengah-engah, tanpa mengenakan
pakaian sehelaipun, kamipun tertidur.
Sekiranya pukul 01:00 dini hari, saya terkaget mendengar ketukan di
jendela kamar kami sambil memanggil-manggil nama saya, “Pak Naryo! Pak
Naryo!”. Lalu saya pun dengan mata masih berat menggeser istri saya
untuk terlentang, dan membuka gorden jendela kami, saat itu kamar kami
dalam keadaan gelap, jadi dari luar sana tidak akan langsung dapat
kelihatan secara sempurna. Namun saya melihat mereka adalah Pak Mamat,
Pak Yono, Pak Risman, dan Pak Bayu.
Keempat orang ini adalah:
1. Pak Yono ini merupakan pengangguran
di desa ini. Hidupnya hanyalah menjadi benalu dari orang-orang desa ini.
Yang saya maksud benalu adalah ia sering kali berkunjung untuk
“bermain” dengan para tetangga. Berpura-pura silahturahmi padahal ia mau
numpang makan. Biasanya pada hari minggu ia selaku datang ke rumah kami
untuk bermain catur atau ngopi bersama Pak Risman. Pak Yono memiliki
ciri-ciri gendut karena tidak ada aktifitas dan menjadi benalu di sana
sini dan wajahnya sangat tidak menarik.
2. Pak Mamat dan Pak Bayu adalah petugas keamanan di desa kami,
mungkin tidak terlihat seperti satpam di kota-kota besar. Akan tetapi,
karena mereka tidak memiliki kerjaan yang pantas maka mereka diberi
tugas oleh RW kami untuk menjaga keamanan di desa kami.
3. Pak Risman merupakan tetangga terdekat dari rumah kami. Ia adalah
seorang duda dan pengangguran. Kebanyakan orang minta bantuan dia untuk
membesihkan halaman, merawat kuburan, perbaikan rumah, dan sebagainya.
Sayapun juga sering meminta bantuan dia. Ciri-ciri Pak Risman adalah
kurus dan cukup bau keringet.
Lalu setelah membuka gorden jendela saya, sayapun bertanya sambil
mengucek-ngucek mata, eh bapak-bapak ada apa nih kok di rumah saya? Pak
Mamatpun berkata, “a…anu… pak, saya lihat tadi pagar rumahnya dan pintu
depannya belum terkunci jadi saya mau bangunin Pak Nar untuk dikunci
yang baik pak, banyak pencuri klo lagi lebaran gini pak.” Lalu saya
kaget, dan berkata, “wah masa sih blm di kunci?!” Sayapun teringat,
ketika saya sedang mengunci-ngunci tadi istri saya kan meminta jatah,
ohh pantesan. Lalu saya pun panik dan bergegas untuk ke depan, dengan
hanya mengambil sarung untuk menutupi tubuh bagian bawah saya, lalu
menyelimuti istri saya seadanya karena dia tidur sedang telanjang dan
telentang begitu saja seperti bayi kecapaian. Saya lupa untuk menutup
gorden itu lagi, saya menyalakan lampu kamar saya dan langsung membawa
senter sebagai senjata takut-takut ada maling masuk. Lalu setelah saya
memeriksa semua keadaan isi rumah, dan ternyata aman. Sekiranya 5-10
menit saya keliling rumah untuk menyalakan semua lampu-lampu rumah.
Sambil berjalan ke arah pintu utama di depan untuk berterima kasih
kepada mereka. Setelah saya membuka pintu depan, saya tidak melihat
adanya kehadiran mereka di sana. Lalu saya teringat apakah jangan-jangan
mereka masih di depan jendela saya? Saya lupa menutup gordennya?
Perasaan panik, marah, cemburu, muncul di pikiran saya. Namun, sambil
berjalan ke arah kamar aku berpikir kembali. Oh, tadi kan saya sudah
menyelimuti istri saya. Jadi ga akan bisa dilihat lah kalaupun lupa
menutup gorden. Pikiran terasa tenang kembali. Lalu muncul lagi pikiran
aneh, tetapi mengapa keempat orang tadi tidak ada di pintu depan? Ke
mana mereka? Perasaan tegang muncul kembali dalam diriku. Secepatnya aku
berlari ke arah kamar. Membuka kamar, dan saya mendengar suara seperti
sedang berlari di luar sana. Apakah mereka berlari ketika saya membuka
pintu? Sayapun tidak dapat melihatnya dengan jelas karena, mata saya
tertuju pada, gorden yang terbuka lebar, lampu kamar menyala terang
berwarna kuning, istri saya yola, sang wanita yang periang dan dikagumi
oleh banyak pria di desa ini terutama keempat bapak-bapak tadi. Istri
saya tidak mengenakan selimutnya lagi, jadi jika mereka tadi berdiri di
depan jendela, mereka tentunya dapat melihat tubuh istri saya yang
tertidur telentang tanpa sehelai benangpun pada tubuhnya. Bulu-bulu
lebat pekat karena cairan cinta akibat permainan kami sebelumnya pun
dapat terlihat dengan jelas. Yang lebih mengherankan adalah seingat saya
tadi saya sudah menyelimuti istri saya dengan rapih dan benar, mengapa
sekarang selimutnya bergeser ke arah kanan, seperti sengaja di buka oleh
istri saya. Seribu pertanyaan muncul di benak saya, bertanya-tanya
apakah jangan-jangan istri saya dari tadi sudah bangun? Dan berpura-pura
tidur sehingga bisa “show off” kepada keempat bapak-bapak ini? Ataukah
hanya kebetulan mungkin istri saya tidak sengaja bergerak sehingga
selimut tersebut tersingkap secara tidak sengaja? Jika menar tersingkap,
mengapa selimut itu rapih bergeser seluruhnya ke kanan? Seperti sengaja
di buka. Ah mungkin hanya kecurigaanku saja, di saat itu pula, di saat
pikiranku sedang berkecamuk, senjata kebanggaanku tiba-tiba mengeras
dengan sendirinya. Namun saya harus kembali ke depan secepatnya karena
mereka mungkin sekarang sudah berada di pintu depan. Saya berusaha
menenangkan diri terlebih dahulu dengan menyelimuti kembali istri saya.
Dan, menunggu “senjata” saya mengecil untuk bisa keluar bertemu dengan
mereka.
Sesampai nya di depan, saya melihat mereka sedang berdiri di depan
pintu. Maka saya memutuskan untuk mengajak mereka beristirahat sejenak
untuk minum kopi agar ronda malamnya lebih lancar. Ketika duduk mereka
tersenyum senyum kepadaku dan Pak Yono memang dia agak ceplas ceplos dan
kurang ajar berkata, “eh sory nih mas ganggu yah malam-malam lagi abis
ngapain tuh cuma pake sarung ajah, hehe…” Saya walaupun jengkel atas
kekurangajarannya saya tetapbersikap baik dan berkata, “oh ga pak saya
lagi kepanasan aja.” Lalu, sayapun berterima kasih atas perlakuannya
memberitahukan pintu kami tidak terkunci. Sekiranya setengah jam kami
bercanda tertawa bersama sambil bercerita tentang maling yang rawan
dikala lebaran. Kamipun tertawa keras atas candaan Pak Bayu tentang
bagaimana mereka pernah menangkap maling sebelumnya.
Waktu menunjukkan pukul 01:45 dini hari, saya mulai merasakan gerah
dan sepertinya ingin ke kamar kecil karena saya belum buang air kecil
semenjak pergumulan dengan istriku semalam. Setelah tertawa bersama
tadi, sayapun mohon diri untuk ke kamar kecil. Namun, saya berjalan
melalui dapur ke arah halaman belakang. Dalam perjalanan saya menuju
kamar mandi, saya melihat jendela kamar saya yang tadi masih menyala
terang dengan gorden yang tidak ditutup. Seperti yang sudah saya
ceritakan pada Part 1 bahwa jendela kamar tidur saya bersebrangan dengan
kamar mandi kami dan posisi kamar mandi memang berada di halaman
belakang tidak menjadi 1 dalam 1 rumah karena persyaratan air bersih 10
meter dari jamban masih berlaku di desa ini. Ketika aku sedang membuang
air kecil, karena pintu kamar mandi kami yang kuno, saya dapat melihat
kamarku sambil pipis. Aku melihat istriku sepertinya terbangun dan masih
dalam keadaan telanjang dan sepertinya haus ia mengambil gelas kosong
di dekatnya dan bergegas ingin keluar untuk mengambil minum sepertinya.
Aku panik sendiri apakah istriku tidak tahu bahwa sedang ada tamu?
Bukankah ia bangun karena kami tertawa keras? Ataukah ia sengaja ingin
keluar telanjang di depan mereka? Aku ingin bergegas memberitahukan
istriku bahwa sedang ada tamu melalui jendela tetapi aku belum selesai
membuang air kecil di sini. Dan terlambat sudah, tak dapat aku cegah
lagi, istriku hanya dengan sebuah gelas di tangannya dengan tubuh
sedikit berkeringat serta bulu kemaluan lengket atas cairan cinta tadi.
Istriku membuka pintu kamar kami dan terdengar suara gaduh dari mereka
berempat, “WOOWWW…!!!” seru mereka.
Pikiranku kacau berkecamuk tidak karuan antara
tertawa,tegang,marah,panik, horny, aku tidak tahu lagi. Yang aku tahu,
darahku berdesir lebih sangat cepat dan jantungku berdebar sangat keras,
belum pernah aku merasakan hal seperti ini, kejadian Doni dan Rizal pun
tidak pernah se-extreme ini sensasi yang aku rasakan. Aku sendiri
bukannya langsung berlari ke arah ruang tengah malah memilih untuk
berlari ke arah jendela kamarku dan bersembunyi dan menyaksikan lebih
dekat apa yang akan dilakukan istriku tentang ini. Senjataku sudah
langsung bereaksi akibat hal ini. Istriku dengan masih mengucek-ngucek
mata sedikit kaget dan berkata, “lho… eh… aduhh… bapak-bapak kenapa di
sini malam-malam begini? Mas Naryo ke mana?!” Sambil sedikit berusaha
menutupi dadanya, tetapi karena memegang gelas maka bulu-bulu
kemaluannya terlihat bebas. Keadaan seperti sunyi sejenak, semua terpana
akan bidadari malam mereka yang mereka lihat. Mereka juga merupakan
beberapa pria di daerah ini yang sangat mengagumi istriku mungkin bukan
karena kecantikan semata tetapi ini adalah yola wanita yang terpopuler
di desa ini, wanita terhormat, wanita yang dikagumi oleh seluruh warga.
Dan, sekarang bidadari mereka sedang berdiri pasrah tanpa sehelai
benangpun di hadapan mata-mata pria kesepian ini. Pikiranku sangat kacau
akankah mereka memperkosa istriku? Akankah istriku menikmatinya?
Mengingat ia semalam belum terpuaskan olehku. Aku bingung sekali. Namun,
lamunanku itu buyar menjadi amarah setelah dikagetkan oleh
kekurangajaran Pak Yono yang menjawab pertanyaan istriku dengan, “oh Mas
Nar tadi keluar sebentar, kami di suruh jaga rumah ini, takut ada
maling”. Sambil melirik dan tersenyum ke arah teman-temannya Pak Yono
menyambung lagi, “dik Yola ga usah malu tadi kita semua udah melihat
liat dik Yola tidur telanjang kok soalnya tadi kita keliling rumah untuk
jaga-jaga maling selama mas Nar pergi.” Istriku menjawab, “eh iya maaf
ya bapak-bapak habis di rumah gerah sih” sambil dengan perlahan
menurunkan tangannya tidak lagi menutupi tubuhnya. Kini mereka
benar-benar tertegun dan menelan ludah melihat tindakan istriku. Pak
Mamat bertanya, “anu… dik Yola butuh apa kok malam-malam bangun?”
Istriku sudah mulai relax dengan keadaan ini berkata dengan agak serak,
“itu pak haus mau ambil minum…” Pak Bayu dengan cepat berdiri dan
berkata, “sini saya ambilkan, dik Yola duduk saja di sini. Istriku
menjawab, “ehh… tidak usah pak aku ambil sendiri aja sekaligus
bapak-bapak mau kopi? saya buatkan” Mereka cuma tertawa dan tersenyum
saling melihat dan memperhatikan istriku tercinta dengan santainya
berjalan ke arah dapur dan membuatkan Kopi untuk mereka. Pak Yono tidak
mau menyia-nyiakan kesempatan ini, si gendut jelek ini mengikuti istri
saya ke dapur untuk membantu istri saya. Saya tidak dapat melihat dapur
dari sini. Maka saya harus berputar sedikit ke arah pintu belakang dapur
dan mengintip istri saya bersama pria gendut ini “bertelanjang” ria
membuat kopi. Namun, Pak Yono mulai menggodanya, “dik Yola ga kedinginan
malam-malam ga pakai baju tidur sendirian lagi?” Istriku dengan nada
sebal menjawab, “eh ga kok, panas akhir-akhir ini. Emang mas Nar ke mana
sih mas?” tanya istriku. Pak Yono dengan sambil terus memandangi tubuh
istriku berkata, “oh kurang tau ya tadi si kita cuma dimintain tolong
jaga kamu aja sih hehe…” Istriku hanya diam saja sambil melanjutkan
acara buat kopinya. Pak Bayu ternyataa menyusul ke belakang, sambil
berkata, “hayoo… ngapain berduaan di belakang lama bener lagi.” Istriku
menyeletuk sebal, “ya ga ngapa-ngapain Pak orang lagi buat kopi.” Pak
Yono bercanda lagi, “buat kopi dengan susu murni dong!” Sambil tertawa
kurang ajar. Tetapi nampaknya istriku pun tertawa mendengar lelucon itu.
Istriku sambil cekikikan berkata, “Pak kopinya tolong di bawaiin ke
depan awas panas.” Pak Yono menyeletuk lagi, “dari tadi kita-kita juga
udah panas dik, apa salahnya kalau bawa yang panas-panas lagi hehe…”
Istriku cuma diam saja dan tersenyum ke arahnya sambil membawa secangkir
kopi dan segelas air ke ruang depan. Ketika menaruh kopi itu di meja
depan istriku menunduk dan disaksikan oleh mereka tertegun memandangi
dada istriku yang ternyata pentilnya keras sekali. Terlihat sekali bahwa
dada istriku seperti mengacung kedepan. Apakah ia horny atas perlakuan
kurang ajar ini? Apakah ia benar-benar sudah kehilangan akal?
Bertelanjang seperti ini. Pak Yono lagi-lagi menggoda, “dik Yola, kata
mas Nar tadi malam abis itu yah.” Istriku mengkerutkan dahinya dan
berkata, “masa mas Nar bilang-bilang sih?!” dengan keheranan. Pak Yono
menyeletuk lagi, “hehe… ga bilang kok cuma nebak-nebak aja kayaknya
bener tuh hehe ketauan yahhh.” Semua tertawa. Istrikupun tertawa malu,
sambil memukul pundak Pak Yono, “idih apaan sih! uda ah aku mau tidur
lagi, tar mas Nar keburu pulang.” Loh kok? Saya tidak mengerti apa
maksud dari kata-kata istriku itu? Jika memang ia sudah tidak sungkan
telanjang di depan mereka, kenapa harus takut akan kehadiran saya? Pak
Yono menyeletuk, “oh jadi kalau ga ada mas Nar mau yah telanjang ama
kita-kita?” Istriku, yolaku, bidadariku, berjalan meninggalkan mereka ke
arah kamar lalu membalikkan kepalanya sambil menyibakkan rambutnya
melempar senyum kepada mereka semua. Terdengar suara gaduh dari mereka,
“Wiihhhh… Suit suittt… hoho…” Lalu istrikupun masuk ke kamar dan
menutupnya. Sedangkan aku, terdiam seperti patung, marah, cemburu,
sedih, kesal, melihat senyum istriku cantik sekali indah sekali
senyumnya saat itu. Seperti senyum ingin “dilahap” oleh para serigala
ini. Tetapi, memang nafsu dan senjataku tidak pernah berbohong, sekarang
senjataku sudah keras seperti balok kayu. Aku melihat istriku di kamar
menghela nafas panjang sambil duduk di sisi ranjang. Tatapannya kosong,
entah apa yang sedang ia inginkan dan pikirkan? Apakah ia menanti mereka
masuk ke dalam kamar? Apakah ia menanti seseorang di antara mereka
berani masuk kamar untuk mencumbu istirku? Apakah aku akan diam saja
melihat mereka mencumbu istriku? Ataukah aku masuk sekarang dan
membatalkan niat istriku? Atau aku menunggu lebih lama lagi melihat apa
yang terjadi? Pikiran ku sudah benar-benar gila. Akhirnya aku memutuskan
untuk kembali ke dalam, dan melihat kopi di meja mereka sambil
bertanya, “wah uda pada buat kopi sendiri ya?” Pak Mamat dengan
terbata-bata menjawab, “eh anu pak ia maaf kalau ga sopan abis ngantuk
pak.” Pak Yono tersenyum-senyum bersama mereka sambil berpura-pura
bertanya, “dik Yola mana mas? kita mau pamitan pulang nih.” Aku
berpura-pura menjawab, “kayaknya masih tidur deh, coba saya lihat dulu.”
Mereka terus-terusan tersenyum girang atas kepolosanku, aku melihat
yola di kamar sedang duduk, sambil berkata, “mah, ini ada rombongan
ronda tadi jaga rumah gara-gara lupa kunci pintu. Mau pada pamitan.”
Istriku menjawab “oh ia pah sebentar” Akupun kembali keluar, lalu tak
lama istriku membuka sedikit pintu kamar kami sambil menyembunyikan
tubuh telanjangnya di balik pintu, dan berkata kepada mereka, “eh ia
bapak-bapak terima kasih.” Ketika aku bersalaman dengan mereka ternyata
Pak Yono dan Bayu menghampiri istriku minta untuk bersalaman, akhirnya
dengan terpaksa istriku membuka sedikit lebih lebar untuk dapat
mengeluarkan sebagian bahunya keluar kamar untuk bersalaman, di saat itu
juga aku melihat bahwa dada kanan istriku mencuat keluar kamar dan
terlihat oleh kami semua, tetapi aku berpura-pura tidak melihat. Sambil
membiarkan dada kanannya terlihat istriku melambaikan tangan kepada
mereka untuk berpamitan, dada tersebut berguncang ke kanan dan ke kiri.
Pak Yono berjalan sambil terus memandangi dada istriku dan berkata
kepadaku, “terima kasih kopi susunya ya Pak Nar.” Secara serempak, Pak
Mamat,Pak Risman, Pak Bayu, dan Pak Yono tertawa terbahak-bahak.
Aku memaklumi mengapa mereka tertawa seperti itu. Aku kembali ke
dalam kamar, kali ini tidak lupa mengunci semua pintu. Melihat istriku
berbaring dan tatapannya masih kosong entah apa yang ia pikirkan, yang
aku tahu dadanya sangat keras mengacung tajam sekali. Belum pernah aku
melihat istriku seperti ini. Sepertinya ia sangat-amat horny. Ia pun
berkata, “pah, terusin yang semalam yuk.” Tanpa berlama-lama lagi aku
menancapkan senjataku, dan ternyata mudah sekali masukknya karena ia
sudah teramat sangat basahhh. Istriku berteriak meracau tidak
karuan,”ohhh ssshhhh…. enakkkk pahh… terusin pahhh terusss” Aku pun
menghujamkan senjataku secara cepat dan kasar. Meremas dada istriku
dengan kasar memilinnya dan menarik pentilnya. Istriku berteriak keras,
“awww….. ssshhh terussss…..” Aku menghisap dada istriku, dada kanan yang
telah dipamerkan kepada mereka tadi. “Dada yang nakal” menurutku dalam
hati. Kuhisap kau dada nakal, ku kenyot sekeras mungkin. Kugigit
perlahan namun kuat. Istriku meracau lagi, “pahhh uhhhh….
isshhhh….ehhhh….” Dan tidak sampai 5 menit permainan ini, istriku
berkata “pahh akkkuuu… keluarrrrrrr….. ngeeehhhh…. ssshh ngehhh….”
Seperti pada Part 1 kalau istriku mencapai puncaknya ia bersuara seperti
kambing aneh. Dan akupun tak dapat terbendung lagi, tersemburlah semua
lahar panasku ke dalam liang indah istriku. Akupun menjerit tertahan,
“ughh….” Keluarlah semua di dalam rahimnya. Istriku berkata, “papah
hebat malam ini.” Dalam hatiku berkata, bukan aku yang hebat, tetapi
kamu yang sudah kepalang tanggung kan? Kamu mengharapkan mereka yang
memuaskanmu kan malam ini?
Antara marah, benci, ingin aku menampar istriku atas kelakuannya
seperti wanita murahan tadi, terlebih lagi perlakuan Pak Yono yang
memperlakukan istriku seperti istri yang ingin ia bias “pakai” sesuka
hati. Membuat aku bingung dan dilema antara ingin dan berharap istriku
diperlakukan seperti itu lagi, bahkan sesekali aku berpikiran untuk
membiarkan istriku di-“pakai” oleh Pak Yono, si gendut jelek. Jika saja
tadi mereka ingin me-“makai” istriku mungkin yang aku lakukan hanya
berdiam diri bersembunyi dan mengintip membiarkan mereka mengayuh lautan
birahi bersama istriku, mendengar racauan desahan istriku bersama
mereka dari balik jendela. Aku tidak dapat berpikir jernih lagi semenjak
saat itu, aku terus-terusan di bayang-bayangi oleh lemparan senyum
istriku kepada mereka berempat senyum seperti minta di-“pakai” oleh
mereka. Senyum seperti ingin mendapatkan sesuatu yang lebih memuaskan
dari mereka. Terlebih lagi istriku duduk di kamar dengan menghela nafas
panjang, dengan tatapan kosong, seperti berharap menanti menginginkan
sesuatu datang dan membuka pintu kamarnya, mencumbunya, memanjakannya,
melepaskan semua “Hasrat Terpendam” nya selama ini yang tidak dapat ku
selesaikan. Oh tidak!!! Aku sendiri terus menerus berpikiran bahwa pada
saat itu tadi jika aku tetap bersembunyi apakah mereka mau menyetubuhi
istriku beramai-ramai? Memuaskan birahi istriku yang sudah 2 bulan
terakhir ini tidak terpuaskan oleh kejantananku. Apakah aku sudah gila?
Keadaan ini menjadi semakin parah karena pikiran ku terus-terusan
dihantui oleh “Hasrat Terpendam” ini yang akan aku ceritakan lagi di
Part 3.
Senin, 06 April 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar