Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya bahwa istri saya positif
sekali menyukai aksi Eksibisionis. Sedangkan saya sendiri sebagai
suaminya menjadi kesulitan untuk memuaskan hasrat istriku karena
ternyata aksi eksibisionis istriku membuat ejakulasiku menjadi sangat
dini, hasrat-hasrat sebagai suami terlepaskan seketika menjadi sang
pengintip istri yang melakukan aksinya. Pada Part 3 ini, saya ingin
menceritakan kisah yang kami alami sekitar bulan Maret 2006, dan
beginilah kisahku bersama istriku Yola.
==================================================
Kondisi persetubuhan istriku dan aku sepertinya menjadi semakin
parah. Aku bukanlah lagi pria yang kuat dalam ranjang, sekali saja
ingatanku kembali semua aksi eksibisionis yang dilakukan oleh istriku,
terutama aksi yang terjadi di Part 2 ketika keempat bapak-bapak tetangga
kami menyaksikan istriku berdiri di hadapan mereka tanpa mengenakan
pakaian sehelaipun serta ketika istriku melemparkan senyum termanis dan
tercantik yang pernah kulihat kepada keempat bapak-bapak tersebut, aku
langsung berejakulasi. Dan lagi jika kalian masih ingat kejadian di Part
1 tentang Yola yang beraksi dengan menggunakan timun di dalam liang
kewanitaannya di depan kamar mandi. Hal itu sekarang menjadi rutinitas
istriku untuk memuaskan dirinya dengan timun baik di kamar mandi maupun
di ruang tengah. Aku tidak menyalahkannya memang semua ini salahku
sendiri yang terlaku “terbawa suasana” dengan aksi eksibisionis istriku
ini dengan bayang-bayang istriku akan diperkosa oleh Pak Yono, Pak Bayu,
Pak Mamat dan Pak Risman. Sekiranya hampir genap 4 bulan istriku tidak
meraih krpuasan dalam persetubuhan suami istri lagi. Aku sendiri semakin
takut apa yang harus aku lakukan bagaimana caraku melewati semua ini.
Sayangnya kami belum mengenal internet pada saat itu dan aku hanyalah
seorsng diri saja dalam krisis ranjang ini. Aku sangat mencintai istriku
apapun ingin aku lakukan untuk dapat memuaskannya.
Saat itu adalah hari sabtu, hari sabtu di desa ini merupakan hari
yang cukup ramai untuk berkumpul di salah satu jalan untuk bermain sepak
bola, kartu, dan sebagainya. Istri saya pulang berjalan kaki setelah
turun dari angkot di depan sana melewati warga dan anak-anak yang
berkumpul tadi. Anak-anak tersebut selalu girang melihat istri saya
karena akan diberi uang jajan ataupun makanan. Lalu istri saya terpaksa
berhenti untuk duduk sejenak di sana untuk membagi-bagikan uang jajan
serta makanan. Saya dapat melihatnya dari kejauhan karena tempat
berkumpul itu berposisi lurus agak menyamping dari tempat duduk di
halaman rumah saya. Seperti biasa saya menunggu istri saya di halaman
rumah. Saya melihat istri saya berbincang-bincang dengan anak-anak serta
tetangga-tetangga pria kami di sana yang kebetulan hanya ada beberapa
wanita itupun masih ABG. Sehingga ia menjadi pusat perhatian di sana,
istri saya melepaskan cardigennya dan hanya mengenakan kaos tangan
buntung duduk di bale-bale kayu sambil tertawa-tawa riang karena di ajak
bercanda oleh mereka. Dan sepertinya ramai sekali di sana entah apa
yang sedang mereka bicarakan. Sekiranya 1 jam terhenti di sana,
akhirnya, istri saya pamit pulang kepada mereka. Kerumunan itupun bubar
sepulangnya istriku dari sana. Salah satu dari mereka mengantar istriku
pulang, ternyata itu adalah Pak Yono. Sesampainya di rumah Pak Yono
menyapa saya dan berkata, “Pak Nar, lagi apanih? Masa dik yola dibiarkan
jalan sendirian malam-malam gini.” Waktu memang menunjukkan pukul
21.15, saya tidak menyalahkannya juga. Lalu saya hanya berkata, “iya
nih, makasih yah sudah nganterin. Bapak mau mampir dulu? Saya punya kue
kiriman dari saudara.” Pak Yono menjawab dengan girang, “wah kue mah
saya ga nolak.”
Saya pun memeluk dan mencium istri saya seperti biasa, dan saya
melihat dada istri saya agak “kencang” saya tidak begitu mengetahui
apakah ia merasa libidonya meningkat atau pengaruh dingin malam hari.
Karena saya tidak tahu pasti apa yang mereka perbincangkan di sana.
Sambil tetap menenteng cardigennya ditangan, saya mengamati istri saya
rasanya ada yang aneh dengan caranya berpakaian. Dan sayapun kaget
ternyata istri saya tidak mengenakan Bra sama sekaki!!! Ada apa ini?
Pikiran saya berkecamuk sekaligus senjata saya beraksi kembali. Tak
heran mengapa Pak Yono “ingin” mengantarkan istriku pulang. Seribu
pertanyaan timbul di benak saya, “apakah istriku tidak mengenakan bra
sepanjang hari? Apakah ia melepas kan bra itu di suatu tempat? Apakah ia
melepaskan cardigen tadi di bale-bale itu dengan sengaja? Ada apakah
ini?” Saya dan Pak Yono duduk di halaman depan rumah seperti biasa kami
memang bermain catur di depan sana. Akan tetapi kali ini kami hanya
berbincang-bincang saja, sambil terus memikirkan istriku “mengapa tanpa
bra?” Istrikupun kembali keluar memberikan kami minuman dan kue,
sedangkan aku terus memperhatikan Pak Yono. Dan ternyata benar Pak Yono
memang menyadari bahwa istriku tidak mengenakan bra. Ia melihat ke
bagian dada istriku yang tercetak puting kecoklatan yang sepertinya
sudah sangat keras. Akupun mengikuti istriku ke kamar untuk memeriksa
tasnya apakah ada bra di dalamnya. Dan ternyata tidak dapat kutemukan
bra tersebut sepertinya ia memang tidak mengenakannya sepanjang hari.
Aku mengamati istriku yang sedang bersiap-siap untuk mandi. Ia
melepaskan pakaiannya dan menggantungnya seperti biasa. Tetapi aku juga
tidak menemukan Celana Dalamnya! Gila jadi seharian tadi istriku??? Sama
saja telanjang di depan umum! Aku mengamati keberadaan Doni dan Rizal,
dan seperti biasa mereka berada dalam posisinya mengintip. Seperti yang
pernah kukatakan sebelumnya istriku “jarang” sekali menutup pintu kamar
mandi karena kejadian waktu itu. Saat inipun ia tidak menutupnya. Akupun
teringat bahwa aku memiliki tamu, Pak Yono tadi. Lalu aku ke depan
untuk mencarinya, tetapi tidak menemukannya. Dadakupun semakin berdegup
kencang berusaha mencari keberadaan Pak Yono. Aku berjalan ke arah
halaman belakang melewati ruang tengah. Dan ternyata aku melihat Pak
Yono baru saja berjalan dari arah halaman belakang tempat istriku
mandiiii!!! Aku sendiri bingung harus berkata apa, tetapi Pak Yono
dengan entengnya menjawab “aku tadi mau pinjam kamar kecil mas, tapi
kayaknya dik Yola lagi mandi tuh.” Istriku kan tidak menutup pintunya
brarti Pak Yono ini sudah?? Melihat tubuh istriku secara keseluruhan.
Akupun cuma bisa berkata, “oh ia Pak lagi dipake mandi kayaknya.” Lalu
Pak Yono mengajakku kembali duduk di halaman depan. Sekiranya 10 menit
aku berbincang-bincang di sana. Aku pamit ke kamar lagi untuk memeriksa
Doni dan Rizal. Aku melihat mereka mengambil tongkat panjang dan
mengambil handuk istriku serta beberapa pakaian dalam istriku. Akan
tetapi, bukannya mereka merhasil mengambil pakaian tersebut malah,
handuk tersebut tersangkut di atap sedangkan pakaian istriku terjatuh di
tanah. Mereka sudah semakin kurang ajar pikirku. Lalu istrikupun
selesai mandi dan tersadar dan bingung, “wahhh angin sialan.” Mungkin
dia berpikir itu angin. Lalu istriku mengambil tangga di belakang, aku
berniat untuk membantu istriku, ketika aku berjalan ke arah dapur
belakang. Aku menyaksikan Pak Yono sedang mengintip istriku dari jendela
dapur. Lalu dengan cepat aku kembali lagi ke dalam kamar agar tidak
ketahuan. Dalam hatiku, “lho?! kok jadi aku yang ketakutan yah?” Lalu
aku melihat istriku memanjat tangga itu untuk berusaha mengambil
handuknya yang tersangkut di atas. Namun aku sudah tidak melihat
keberadaan Doni dan Rizal lagi, mungkin ia lari ketakutan karena upaya
pencurian pakaian istriku gagal. Namun, yang tak kuduga-duga adalah
ketika istriku hampir mendapatkan handuk tersebut ia malah tergelincir
mungkin karena kakinya masih licin karena mandi tadi. Istriku berteriak,
“aaahhh….” Lalu tangga dan istriku pun terjatuh, akupun panik dan baru
saja ingin lari ke depan, tetapi ternyata aku melihat Pak Yono melompat
untuk menangkap istriku yang terjatuh itu. Pak Yono pun tak sanggup
menahan berat istriku karena ia sendiri gendut dan tidak terlalu kuat.
Akhirnya mereka berdua jatuh bertumpukan dengan istriku menduduki perut
Pak Yono, namun tangan dan kaki istriku berdarah tertimpa tangga kayu.
Sedangkan Pak Yono itu sendiri jg terluka di bagian sikut tangannya. Aku
bukannya langsung lari melihat keadaan istriku, malah diam saja untuk
menyaksikan apa yang telah terjadi. Dengan sedikit perasaan amarah
terhadap Doni dan Rizal yang menyebabkan ini semua terjadi, aku pun
merasakan tonjolan di bagian senjataku. Apakah aku tidak waras? Namun,
Pak Yono, mengangkat istriku yang kesakitan. Pak Yono dengan sigap
menggendong tubuh telanjang istriku yang mengkilat karena air mandi,
kotor karena tanah, dan darah di tangan serta kakinya, sambil berkata,
“dik Yola, gpp sini aku bantu ke dalam.” Istriku menjawab sambil
mengaduh, “aduhhh… ii…iyaa… gpp pak makasih.” Namun, ketika istriku di
angkat oleh Pak Yono, istriku merangkulkan tangan kirinya ke leher Pak
Yono, seperti sepasang kekasih yang siap di bawa ke atas Ranjang
Percintaan. Sepertinya, hal ini mempengaruhi istriku, terbukti dengan
wajah istriku yang terpana akan aksi Heroic nya, istriku menatap dengan
sangat gembira ke arah muka Pak Yono yang tergopoh-gopoh berusaha
menggendong istriku. Sesampai nya di ruang tengah, akupun keluar untuk
melihat keadaan istriku. Namun, istriku melihatku dan menjawab, “anu
pah, aku terjatuh dari tangga, untung ada Pak Yono.” Akupun berusaha
mengeluarkan ekspresi kaget, “lho!? kok bisa gitu? ngapain sih kok
naik-naik tangga waktu lagi mandi?” Pak Yono menyelak kami, sebaiknya
luka ini di bersihkan dulu Mas Nar, takut infeksi, lalu aku dengan agak
panik mencari betadine serta beberapa kapas pembersih. Namun ketika aku
ingin mebersihkan luka istriku, perban dan segala peralatan itu di ambil
oleh Pak Yono, sehingga dia mengambil alih untuk membersihkan luka
istriku. Aku hanya terpana melihat mereka berdua, istriku yang
mengarahkan lukanya ke arah Pak Yono yang sedang membersihkannya.
Sedangkan Pak Yono yang nampak serius membersihkan luka istriku. Aku
hanya diam saja melihat mereka. Lalu Pak Yono berkata lagi, “Mas Nar,
mungkin bisa ambilin handuk dik Yola yang tersangkut tadi, kasian masih
basah begini badannya.” Lalu aku pun hanya berkata, “baik saya coba
ambilkan, kamu gpp kan mah?” Istriku tidak menghiraukan aku, ia masih
terus-terusan mengeluh kesakitan setiap kali Pak Yono menempelkan kapas
betadine ke arah lukanya. Akupun mengambilkan handuk istriku di atap
tadi. Lalu sekembalinya aku dari halaman belakang aku tidak lagi
mendengar suara istriku mengeluh kesakitan. Lalu dengan perlahan aku
berjalan mencoba mengintai apa yang mereka lakukan, namun aku menemukan
istriku sedang berciuman dengan Pak Yono. Saya melihat Pak Yonopun tidak
menyia-nyiakan kesempatan ini, ia membalas ciuman istriku dengan
lumatan dan permainan lidah. Sekiranya 1 menit mereka berciuman. Lalu,
istriku berkata sambil menatap lirih kepada Pak Yono, “mas… terima kasih
yah…” Akupun memutuskan untuk segera membuat kegaduhan agar mereka usai
dengan apapun yang mereka pikirkan di kepala mereka. Merekapun kembali
ke posisi masing-masing sambil dengan perasaan jengkel dan cemburu dalam
hatiku akupun datang. Membawa handuk istriku, lalu Pak Yono mengambil
handuk tersebut dan aku disuruhnya, “Mas Nar, bantu dik Yola berdiri
bisa? Biar aku yang handukin.” Akhirnya akupun membantu istriku berdiri
sambil istriku berpegangan kepadaku, aku hanya melihat dan membiarkan
Pak Yono mengelap seluruh inci dari tubuh telanjang istriku. Pak Yono
mengelap dengan telaten sekali terutama ketika pada bagian dada istriku,
serta bulu-bulu kemaluannya. Seusai aksi pengelapan itu, Pak Yono
berkata, “dah kering dik, dah cantik lagi tuh. hehe…” Istriku hanya
berkata kepada Pak Yono, “makasih mas… jadi ngerepotin… mas sendiri
terluka ayo saya obati.” Lalu Pak Yonopun berkata, “oh ga usa cuma lecet
kecil dik. Mas Nar minta baju untuk dik Yola dong masa ga di kasi baju
sih.” Lalu aku pun tersadar, oh iya kenapa tidak kepikiran dari tadi
yah. Tetapi dengan spontan istriku menjawab, “ah tidak usah pah,
sebentar lagi kan mau tidur.” Seperti yang kalian sudah ketahui di Part
2, bahwa istriku dan aku sekarang kalau tidak sudah tidak mengenakan
pakaian apapun lagi. Lalu akupun mengkerutkan dahiku atas aksi istriku
yang berani dengan santainya menonjolkan ketelanjangan istriku. Sambil
berusaha mendudukkan kembali istriku ke kursi, lutut bagian dalam
istriku nampaknya masih berdarah. Namun Pak Yono dengan segera
memberikan obat dan kapas ke arah luka tersebut. Namun, karena
kesulitan, Pak Yono mengambil kursi satu lagi lalu menaikkan kaki kiri
istriku ke kursi tersebut. Sambil berjongkok di antara kursi, kaki kiri
istriku dan paha kanan istriku. Dari situ saya tahu betul Pak Yono dapat
melihat jelas belahan vagina istriku yang terbuka sedikit
kemerah-merahan. Dan lebih gilanya lagi, ternyata vagina istriku sudah
basahh aku dapat melihat cairan mengkilat di sana. Tetapi istriku hanya
diam saja melihat Pak Yono melakukan ini semua. Akupun hanya bisa
terdiam.
Setelah sekiranya beberapa menit. Aku membuka percakapan lagi, “mah
kamu tadi ngapain sih kok bisa sampe gini?” Istriku akhirnya memalingkan
wajahnya kepadaku sambil berkata, “anu pah, handukku kayaknya ketiup
angin, terus aku coba ambil sendiri pake tangga, eh malah jatuh! Untung
tiba-tiba Pak Yono berlari menahan aku kalau tidak mungkin kepala aku
bisa kena pah.” Aku pun dengan bernada sedikit marah, “kok mama ceroboh
gitu sih! Kenapa ga manggil papa biar papa yang manjat?” Istriku dengan
sedikit menyesal menjawab, “ya tadi aku pikir papah masi ada Pak Yono,
masa aku telanjang-telanjang keluar manggilin papah.” Dalam hatiku
berkata, “percuma saja kan ujung-ujungnya kamu telanjang juga di depan
dia.” Aku hanya menjawab kepada istriku, “ya lain kali kalau ada begitu
teriak aja mah, atau kalau darurat gak apa apa kamu keluar telanjang
daripada kamu luka begitu. Lagipula emang nya kenapa telanjang di depan
Pak Yono. Toh kita semua uda besar yah Mas Yono.” Sambil aku menepuk
pundak Pak Yono. Walaupun aku tidak tahu apa yang aku pikirkan bisa
berkata seperti itu. Namun, dengan sedikit menyeringai terpancar wajah
girang Pak Yono sambil menatap istriku, Pak Yono berkata, “yah lumayan
mas dapet bonus liat bidadari cantik malam-malam, hehe…” Istriku pun
tertawa mendengarnya sambil menepuk punggung Pak Yono, “ihh… apa sih…”
begitu goda istriku. Namun, seusainya mengobati, Pak Yono berpamitan
kepada kami. “Mas Nar, Dik Yola, aku permisi pulang dulu deh yah, udah
malam. Dik Yola istrirahat aja biar cepet sembuh lukanya.” Istriku
tersenyum dan berkata, “iyah mas terima kasih banyak. Kalau mas butuh
apapun bilang aja sama kita pasti kita bantu kok.” Akupun menimpali
kata-kata istriku, “Iya mas yono, klo ada yang kita bisa bantu bilang
aja ga usa malu-malu. Kita di sini sudah kayak saudara.” Padahal aku
tidak suka sekali dengan Pak Yono ini, karena dia kurang ajar sifatnya,
gendut, benalu, dan tidak menarik sama sekali seperti yang sudah saya
deskripsikan di Part 2 sebelumnya. Pak Yono pun tediam, sambil menatap
istriku dari ujung kaki hingga kepala, lalu ia tersenyum dan berkata,
“ah… gak apa apa Mas Nar, aku kebetulan aja bisa bantu. Untuk saat ini
aku mah uda seneng bisa liat dik Yola tidak terluka parah walaupun dapet
bonus lagi hehe…” Akupun hanya tertawa sambil melihat istriku yang juga
tertawa. Lalu setelah mengantar Pak Yono pulang, seperti biasa aku
mengunci semua pintu. Dan istriku mencoba berdiri untuk melangkah ke
arah Kamar sepertinya ia mau tidur. Akupun bergegas membantunya sambil
menggendongnya ke arah ranjang. Aku berkata kepada istriku, “kamu gak
apa apa mah?” Istriku menjawab, “iya gak apa apa pah. Cuma…” Aku
mengkerutkan dahi dan berkata, “cuma apa mah?” Istriku sambil melirik
kepadaku sayu, berkata, “aku kok pingin itu pah yang enak-enak.” Akupun
menjawab sambil tertawa, “ya ampun mah, papa masi dag dig dug gara-gara
kamu jatuh dari tangga kok sekarang malah jadi horny sih.” Istriku cuma
berkata, “ya… abis…” Ia tidak melanjutkan kata-katanya, saya yakin
maksud dari kata-katanya adalah “abis dilihatin pak yono jadi horny.”
Namun, aku melihat tidak memungkinkan kita melakukan persetubuhan malam
ini karena aku tidak ingin lukanya terbuka lagi. Oleh karena itu, aku
berkata kepada istriku untuk mengurungkan niatnya, “mah besok aja deh
yah, takut lukanya kebuka lagi. uda mau kering kan tuh.” Istriku dengan
sedikit cemberut berkata kepadaku, “iya deh pah, yuk bobo yuk.” Akhirnya
kamipun tertidur.
Sekiranya seminggu setelah kejadian tersebut, Pak Yono menjadi sangat
akrab dengan istri saya. Jika datang ke rumah, ia selalu bercanda
dengan istri saya akan segala hal. Ternyata hubungan ini merupakan
kesalahan saya karena telah membiarkan Pak Yono akrab dengan istri saya
begitu saja. Hal ini menjadi kesalahan terbesar yang pernah saya
lakukan. Suatu saat di hari minggu pagi, Pak Yono dan Pak Risman datang
ke rumah saya untuk bermain kartu seperti biasanya. Istri saya pun di
rumah sedang menonton televisi. Sesekali ia halaman depan untuk
memberikan kami cemilan dan minuman. Saya melihat Pak Yono mengamati
istri saya seperti ingin melahapnya. Dan istri sayapun hanya melempar
senyum kepada Pak Yono. Sekiranya waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi di
hari minggu, saya berkata kepada istri saya, “Mah… Pak Yono dan Pak
Risman habis tuh kopinya, tambahin gih.” Kata istri saya, “Kopinya sudah
habis pah…” Lalu saya berkata kepada Pak Yono dan Pak Risman, “Wah pak
kopi habis nih… saya pergi dulu deh ke Mang Imran untuk beli kopi…
Sebentar aja kok…” Kata Pak Risman, “wah pak ga usa repot-repot… biar
saya aja deh yang pergi…” Akhirnya, saya menyuruh Pak Risman untuk pergi
membeli kopi sambil memberinya uang. Tinggalah saya dan Pak Yono. Pak
Yono sepertinya juga sudah mempersiapkan sebuah strategi agar dapat
berduaan dengan istriku untuk membahas ketelanjangan istriku kemarin.
Lalu, Pak Yono berkata, “mas, katanya ada titipan baju dari Pak Soni
untuk saya sudah di ambil belom mas?” Lalu, muncul pikiran kotor saya
ingin memastikan lagi tentang kejadian istri saya bersama Pak Yono waktu
itu. “Sayapun berkata, wah ia nih saya lupa!”, timpal saya. “Ya sudah
saya ke rumah Pak Soni sebentar yah ambil bajunya.” saya berpamitan
kepada Pak Yono. Sambil berkata kepada Istri saya, “Mah papa ke rumah
Pak Soni sebentar ambil titipan Pak Yono. Pak Yono di-‘temenin’ dulu
gih, kasi cemilan apa gitu.” Istri saya menjawab, “yahh papa… jangan
lama-lama lagi asik nonton ini.” Saat itu istri saya mengenakan daster
rumah tidak terlalu panjang di atas lutut. Sayapun menyalakan sepeda
motor dan berjalan ke luar rumah sambil memutar arah belakang, sambil
mengintip istri saya sedang memberikan cemilan kepada Pak Yono. Pak Yono
berkata, “duh coba bisa liat bidadari siang yah… pasti asik tuh.”
Timpal istri saya, “ihh… apaan sih mas…” Dengan nada sebal. Namun Pak
Yono, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, “waktu itu kata Mas Nar
dan dik Yola, mau melakukan apapun untuk saya”. “Ya, mas yono minta
bantuan apa?”, tanya istri saya. “Ya.. sehabis kejadian kemarin saya ga
bisa melupakan sosok dik Yola dari kepala saya, apa lagi dik Yola taukan
saya belum punya istri.”, tekanan cerdik diberikan oleh Pak Yono sambil
cengengesan. Istri saya berkata sebal, “ya gimana toh pak, aku juga
sudah sangat berterima kasih atas pertolongan bapak.” Mencoba sekali
lagi Pak Yono berkata, “Walaupun dik Yola berterima kasih! Kan dik Yola
yang memiliki tubuh indah terpampang depan saya. Saya kan jadi
terbayang-bayang terus sama dik Yola” Namun istriku pun luluh, dan
berkata “Ya pak yono maunya gmn biar yola bisa berterima kasih?” Pak
Yono tersenyum lebar tanda lampu hijau dan berkata, “ya kalau boleh sih
saya ingin dik Yola bisa melepaskan hasrat saya waktu itu.” “Hus! Apaan
sih Pak Yono!”, sambil berkata marah menengok keadaan sekitar kali-kali
saya sudah kembali. Hampir saja saya ketahuan saya langsung buru-buru
menyembunyikan kepala saya. “Ya melepaskan hasrat kan tidak harus
berhubungan intim dik. Gimana kalau dik Yola buka pakaiannya sekali lagi
di depan aku, biar aku beronani sendiri. Dengan tubuh indah seperti dik
Yola mah aku cuma butuh 1 menit untuk melepaskan. Apa lagi kalau dik
Yola mau bantu pegangin… wah bisa-bisa 10 detik deh.”, timpal Pak Yono
sambil tertawa. “Ya jangan sekarang dong Pak kan ada Mas Naryo kalau
balik gimana?”, sambil berkata dan melirik keadaan sekitar mencari
kehadiranku. “Keliatahannya Mas Naryo lama deh kalau ke rumah Pak Soni,
kamu kan tau Pak Soni suka ngajak ngobrol. Kita satu menit aja cukup kok
dik.”, lanjut Pak Yono. “Aduhh ga ada cara lain apa mas?”, kata istri
saya. Namun, Pak Yono dengan licik berkata, “Lagipula sepertinya kemarin
Mas Nar sudah bilang kalau butuh bantuan apapun minta aja jangan
malu-malu. Jadi saya pikir Mas Nar juga gak apa apa kalau kita ketahuan
toh kita ga ngapa-ngapain cuma melihat tubuhmu sekali lagi aja kok.”
Akhirnya istri sayapun luluh, ia berdiri dari kursi dan berjalan kedepan
Pak Yono sambil mengangkat dasternya sebatas buah dada, dan
memperlihatkan Bra 34 C nya berwarna putih kembang-kembang kepada Pak
Yono. Pak Yono melanjutkan, “dibuka dong dik BH nya.” Lalu, dengan muka
sebal menahan daster dengan kedua ketiaknya dan kesulitan berusaha
membuka pengait Bra nya. Pak Yono melingkarkan tangannya untuk membantu
membukakan pengaitnya. Lalu di lepaskannya perlahan melalui siku
tangannya dan Bra tersebut sudah berada di genggaman tangan Pak Yono.
Dengan sekejap Pak Yono berkata, “Indah sekali dik…” “Cepetan donk mas
ah!!!”, timpal istri saya yang ketakutan sambil melihat terus kearah
sekitar. Pak Yono dengan cepat membuka celananya dan beronani di depan
Istri saya. Sambil terus berulang-ulang berkata, “Wah dik kamu
benar-benar indah.” Istrikupun terdiam dan sepertinya sudah terlihat ada
bercak basah di bagian celana dalamnya. Melihat itu Pak Yono mengambil
kesempatan berkata, “dik Yola biar mas cepet keluar sekalian aja itu
celana dalamnya dibuka. Kalau basah gitu nanti keliatan sama Mas Naryo
gmn?” Istrikupun merasa alasan tersebut masuk akal, dengan kesulitan
karena dia harus memegangi dasternya istriku berusaha melepas Celana
Dalamnya. Lalu Pak Yono tanpa menyia-nyiakan waktu, ia berdiri dan
langsung memelorotkan celana dalam istriku. Istrikupun diam saja malah
mengangkat kakinya untuk dapat melepas celana dalam itu seluruhnya.
Terlihatlah sekarang istriku telanjang baik dada maupun bulu-bulu
kemaluannya terpampang di depan Pak Yono persis. Mungkin ia dapat
menghirup aroma kewanitaanya itu dari jarak sedekat itu. Pak Yono
berkata, “wah dik kamu wangi banget yah. Udah cantik wangi lagi. Badan
kamu juga mulus.” Sambil terus beronani di depan istri saya tetapi tidak
kunjung keluar juga. Lalu istri saya semakin panik takut saya sudah
kembali. Istri saya berdiri di depan halaman dengan telanjang dari dada
ke bawah di depan tetangga sialan ini. Istri sayapun berkata cemas
tetapi bergairah, “Mas udah ya aku takut Mas Naryo balik nih…” Sahut Pak
Yono, “Sebentar dik, aduh kok ga keluar-keluar nih. Kalau kamu
buru-buru gitu aku juga bingung dik. Apa kamu mau bantuin aja?” Istri
saya pun bingung harus berbuat apa. Akhirnya dengan nekat istriku
mengangkat tangan Pak Yono satu lagi untuk diizinkan memilin putingnya
yang sudah keras itu. Dengan sangat gemas senang dan horny Pak Yono
memilin-milih puting istri saya meremasnya dengan kasar sambil terus
beronani. Kebetulan hari ini adalah hari minggu. Tidak banyak orang yang
lewat di depan rumah, karena jika ada orang yang lewat tentu saja dapat
melihat aktifitas istri saya itu. Sayapun yang dari tadi mengintip
sudah sangat berdebar-debar dan mulai beronani sendiri. Sebenarnya
kejadian ini sudah berlangsung selama 45 menit. Akan tetapi, mereka
tidak ada rasa curiga sedikitpun terhadap saya akan segera pulang, malah
mungkin mereka mengharapkan waktu yang lebih lama. Aku sudah tidak
dapat berpikiran dengan jernih lagi karena perasaan cemburu, marah,
benci itu kalah oleh nafsu dan hasrat ku melihat apa yang akan terjadi
selanjutnya. Mereka melakukan ini sempa di halaman depan, tempat terbuka
cukup panas cuaca hari itu, dan istriku telanjang dari dada ke bawah,
serta remasan dan pilinan di puting kanan istriku makin kasar dan cepat.
Istrikupun melenguh untuk pertama kalinya, “uhhh…” Sambil sedikit
memejamkan matanya. Lalu Pak Yono melihat ini sebagai kesempatannya
untuk mengambil langkah lebih jauh, ia malah melepaskan tangan kananya
dari onaninya. Mengarahkan tangan tersebut ke arah liang kewanitaan
istri saya yang sudah basah kuyup. Sambil sedikit memejamkan mata istri
saya malah melebarkan kakinya di depan tetangga gendut jelek ini untuk
memberikan kesempatan kepada Pak Yono memasukkan jarinya ke liang
kewanitaan istri saya. Akhirnya istrikupun terbawa suasana dia sudah
tidak lagi perduli dengan keadaan sekitar ditambah lagi kalau kalian
ingat bahwa saya suaminya tidak mampu lagi memberikan kepuasan kepada
istri saya. Sekiranya istri saya sudah tidak terpuaskan selama empat
bulan lamanya. Saya rasa ini adalah kesempatan besar bagi istri saya
untuk meraih kepuasannya setelah setelah sekian lama. Istri saya
memejamkan matanya dan mendongak ke atas sambil melenguh yang kedua
kalinya “ohhh….sshhh… enakkk mass….” Istrikupun entah sadar atau tidak
ia mengangkat kakinya sebelah kanan untuk bertumpu di sisi bangku yang
diduduki oleh Pak Yono sehingga wajah Pak Yono dapat sejajar dengan
liang kewanitaan istriku, dan membiarkan Pak Yono mulai menjilatinya.
Istriku benar-benar di puncak kenikmatan, ia bahkan mungkin akan
mengizinkan Pria Gendut jelek ini untuk memasukkan senjatanya ke dalam
liang kewanitaannya. Pak Yono sepenuhnya telah mendapatkan kontrol atas
istri saya. Ia memilin, menghisap dadanya, menjilat liang kewanitaannya
mencoblos-coblos jarinya berulang kali. Istrikupun lupa tujuan utama
dari aksi ini justru membuat Pak Yono terpuaskan. Tetapi malah
sebaliknya, “yaaa ammmmppppuunnn…. masss… gilaaaa”, racauan istriku yang
mulai tidak jelas. Sepertinya istrikupun mulai teringat tujuan utama
dia adalah memuaskan Pak Yono, sedangkan dia sendiri juga sangat ingin
dipuaskan setelah 4 bulan lebih ia tidak meraih kepuasan seksual dariku,
akhirnya istriku mendorong Pak Yono untuk duduk bersandar, dan yang
benar-benar tidak aku duga-duga dan aku sangat takut hal ini akan
terjadi. Akhirnya terjadi juga, istriku berjalan mengangkangi senjata
Pak Yono yang keras dan tidak terlalu besar itu. Gila!! Dan ternyata
istriku menggenggamnya sendiri dengan tangan kanannya dan menuntunnya ke
dalam liang kewanitaannya itu. Pak Yono berkata dengan penuh
kemenangan, “dik Yola, aku janji untuk memuaskan kamu hehe…” Sambil
melepaskan daster istriku seluruhnya dan melemparnya ke bangku sebelah.
Istriku diam saja atas semua perlakuan itu, sambil terus berusaha
menggoyangkan pinggulnya tidak karuan dan meremas buah dadanya sendiri
sambil meracau, “ohhh… ssshh…. mass yoonnoo… masss…” Sedangkan Pak Yono
hanya duduk bersandar sambil cengengesan melihat Yola, istriku, bidadari
malam bagi Pak Yono, wanita yang paling dihormati dan periang di desa
ini, sedang berusaha mengayuh kenikmatan darinya. Waktu sudah
menunjukkan jam 12 siang. Tetapi saya belum berani pulang karena sayapun
sedang beronani untuk yang kedua kalinya!!! Ya saya sudah keluar tadi
ketika istri saya melenguh kedua kalinya. Dan sepertinya merekapun
sedang tidak ingin diganggu, jika saya keluar sekarang, banyak hal yang
saya takutkan, entah istri saya akan saya ceraikan, entah dia akan di
cap murahan oleh orang sekitar. Darahku sendiri berdesir kencang,
jantungku berdegup tidak karuan, senjataku keras seperti kayu, hatiku
hancur remuk, tetapi libido dan nafsuku telah memabukkan diriku. Jadi
saya memutuskan untuk terus bersembunyi terus sambil onani untuk kedua
kalinya. “Enak ya dik Yola?”, tanya Pak Yono sambil sambil terus
tersenyum saja melihat istriku seperti cacing kepanasan di atas senjata
kecilnya. Istriku tidak menjawab hanya melenguh lagi, “uhhh… mass…”
Lanjut Pak Yono, “enak mana sama suamimu?” Istriku hanya terus
memejamkan mata sambil melenguh, “masss… ennakkk…” Aku sendiri tidak
begitu jelas maksudnya istriku “Enakan Mas Yono” atau “Aku sedang Enak
Mas”. Saya beranggapan sepertinya ia memilih Mas Yono lebih enak dari
saya karena saya sudah tidak mampu memuaskan dia lagi sekian lama
mendorong saya dan darah sayapun berdesir lebih kencang lagi. “mass… aku
ga tahaannn lagiii… mas keluarin donk cepetannn”, pinta istriku sambil
memelas untuk segera dipuaskan. Tetapi bukannya diteruskan malah istriku
diangkat terlepas dari senjatanya. Istriku berkata kesal, “yahhh…… mass
kok?!” Lalu Pak Yono berdiri menggendong istriku ke halaman sebelah
agar jika aku kembali tidak dapat langsung menemukan mereka dan orang
yang lewat tidak dapat melihat mereka. Di situ ada tiang bendera, tangan
istriku dituntun oleh Pak Yono untuk bertumpu ke situ sambil menghadap
ke arah aku mengintip. Dan dari belakang Pak Yono mulai mengarahkan
senjatanya kedalam liang istriku. Istrikupun hanya menuruti saja
perlakuannya tanpa berkata apapun sambil menengok ke belakang melihat
Pak Yono yang tersenyum lebar. Bless masuk lah senjata Pak Yono. Istriku
melenguh kecil, “uhhhm…” Pak Yono mulai memaju mundurkan senjatanya
secara perlahan, namun semakin kencang, dada istrikupun terus berguncang
hebat atas sodokan-sodokan Pak Yono. Dan aku dapat menyaksikan dada
istriku bergoyang hebat dengan sempurna dari sisi ini. Istriku berkata
lagi, “massss hebattt… kok belum keluar juga sihhhh…” Pak Yono hanya
tersenyum dan berkata, “aku akan puaskan kamu dulu dik… sudah lama aku
ingin puaskan kamu… ingin miliki dirimu… hampir tiap hari aku melihat
kamu seperti ingin menelanjangi kamu ini seperti mimpi bagiku dik”
Istriku tersenyum juga dan berkata, “masss… ohh… sshh… gilaa…. teruss
mass jangan berhenti…. benar mas puaskan aku…” Lalu Pak Yono malah
mencabut senjatanya sambil memundurkan badannya. Dan istriku marah dan
berkata, “massss kok di cabuuuttt!!! cepetan donk ahhh.” Pak Yono
berkata, “bentar dik aku copot celana dulu…” Karena celananya
berlipat-lipat karena kejadian di atas bangku, istriku yang sudah tidak
sabaran sambil telanjang bulat ia berlutut di tanah yang kotor itu untuk
menyambar senjata si gendut ini memasukkannya ke dalam mulutnya sambil
meraba dadanya sendiri. Gilaa istriku kenapa menjadi seperti ini???
Istriku yang periang, menarik, dihormati, menjadi murahan seperti ini?
Lalu Pak Yono melepas celananya dan baju nya ia pun telanjang bulat di
situ. Jelek sekali seperti kerbau bunting. Akan tetapi, istriku belum
mau melepaskan kemaluannya dari mulutnya. Pak yono mendesis, “dikkk
pintar sekali kamu…” Lalu saya lupa dengan Pak Risman!!! Ia rupanya
sudah kembali dan menyaksikan daster, BH, dan CD istriku berserakan.
Lalu ia mencari-cari Pak Yono dan aku di mana. Ternyata kejadian ini
sudah berlangsung selama 2 jam. Pak Risman akhirnya melihat istriku yang
sedang menghisap batang kemaluan Pak Yono. Ia pun kaget. Dan tidak tahu
harus bagaimana. Ia berdiam mengintip aktifitas tersebut tanpa menegur
mereka. Namun sepertinya Pak Yono mengetahui keberadaan Pak Risman dia
hanya tersenyum melihat Pak Risman sedang mengintip. Istriku masih terus
menghisap senjata Pak Yono, lalu Pak Risman sudah mulai berani untuk
melangkah maju. Pak Yono memberi kode untuk melepaskan semua pakaiannya
terlebih dahulu. Tak lama kemudian Pak Risman sudah tidak berpakaian
apapun lagi. Saya melihat senjatanya sangat panjang dan kekar. Mungkin
karena ia kurus dan bekerja seperti kuli rumah. Pak Yono berkata kepada
istriku, “dik, jangan menoleh kebelakang yah, ada Mas Naryo tuh mau kasi
kejutan untuk kamu.” Istriku bukannya menoleh kebelakang malah ia
memanggut, “he ehm..” sambil terus menghisap senjata Pak Yono. Saya juga
heran kenapa Pak Yono berkata Mas Naryo? Lalu ia berkata lagi, “dik
kamu berdiri deh tetap menghadap aku yah.” Istriku tetap menuruti saja,
lalu Istriku berusaha melirik kebelakang, akan tetapi Pak Yono dengan
sigap melumat habis bibir indah istriku. Dan yang membuatku
terheran-heran istriku malah membalas ciuman tersebut dengan menjulurkan
lidah. Sepertinya istriku sudah tidak seperti istri yang kukenal lagi.
Lalu dari belakang dengan sangat bernafsunya Pak Risman meludahi
senjatanya sendiri dan langsung mengangkat pantat istri saya sehingga
istri saya terpaksa agak menunduk. Pak Yono kemudian mengarahkan lagi
mulut istri saya kepada senjatanya yang masih keras itu. Kemudian Pak
Risman dengan leluasa dari belakang berusaha memasukkan kedalam liang
istri saya. Akan tetapi, nampak ia menyeringis kesulitan karena sempit
atau karena terlalu besar. Istri sayapun melenguh “hhmmppphh…” Akhirnya
masuk juga kepala dari senjata Pak Risman. Disusul dengan kata-kata Pak
Yono semakin tertawa lebar, “dik Yola tenang aja itu Mas Naryo lagi kasi
kejutan untuk kamu, sudah kubilang kan tadi dia gak apa apa kok ngeliat
kita begini.” Lalu istriku sepertinya mengangguk sambil terus menghisap
batang kemaluan Pak Yono dengan semakin bernafsu. Perlahan tapi pasti
senjata Pak Risman berhasil masuk setengahnya dan istriku kembali
melenguh “hhmmmpphhh… duhhh…” sambil melepas hisapannya sementara
merasakan besarnya senjata yang masuk ke dalam dirinya tersebut. Lalu
istriku kembali melanjutkan servicenya kepada Pak Yono, sedangkan Pak
Risman yang bertubuh kecil tersebut mencoba mengangkat pantat istriku
agar lebih leluasa lagi. Di angkatnya pula pantat istriku dan di
hujamkannya sedalam mungkin sehingga masuk seluruhnya senjata sebesar
itu di dalam tubuh istriku tanpa menyadari bahwa itu bukanlah suaminya.
Istrikupun berteriak kecil, “mas naryoo…. kok?!? uhhffffhhh…” Mungkin
maksudnya adalah kok senjataku besar sekali? Padahal itu adalah milik
Pak Risman. Pak Yono menimpali lagi, “sepertinya suamimu terangsang
hebat melihat permainan kita dik Yola. gimana kalau kita berikan atraksi
yang lebih hebat lagi untuk memuaskan suami kamu.” Istrikupun
mengangguk setuju kepada Pak Yono. Pak Risman mulai berusaha
menggerakkan senjatanya di dalam istriku. Baru hujaman kedua istriku
melenguh tidak karuan, “mass… aihhh… gilaaaa… sesakkk…” Istrikupun tidak
dapat berkonsentrasi lagi untuk menghisap senjata Pak Yono. Sambil
terus menikmati hujaman ketiga dari Pak Risman, istriku meracau lagi,
“uhhh…. ga tahaaannn…. mass… aku keluarrrr…” Lanjut istriku, “ehhmmm….
keluarrrr…. ahhh… ngeehhh… ngehhh…” Pak Risman berhenti tidak bergerak
sama sekali baru tiga kali hujaman lambat istriku sudah mendapatkan
kepuasannya. Bagaimana jika ia mendapatkan lebih? Akhirnya akupun keluar
untuk yang kedua kalinya tidak tahan lagi melihat aksi ini. Dalam
pikiranku ingin sekali aku ikutan di dalam permainan ini. Tetapi aku
berusaha menahan diri. Lalu istriku hampir terjatuh lemas karena
orgasmenya akan tetapi ditahan oleh Pak Yono dan Pak Risman agar tetap
dalam posisi tersebut. Setelah didiamkan sekitar 5 menit. Kulihat muka
istriku memerah akibat orgasme tadi. Pak Yono dan Pak Risman menahan
tawanya karena melihat istriku sang bidadari malam merka berada dalam
posisi tidak berdaya seperti itu malah berusaha meraih kenikmatan dari
mereka. Dua setengah jam sudah berlalu tidak ada tanda-tanda pergumulan
ini akan selesai malah terlihat seperti akan berlanjut lama. Akhirnya
setelah istriku mulai dapat berpijak kembali, istriku menegakkan
badannya dan berkata kepada Pak Yono dengan manja “mas… lanjut lagi
yahh….” Pak Yono tertawa keras sekali mendengar itu, “hahahaha…” Pak
Risman pun tertawa kecil, “hehehehe….” Tetapi nampak istriku tidak
menyadarinya. Istriku mulai kembali dengan pekerjaannya yang tak kunjung
selesai dari 2.5 jam lalu yaitu memuaskan Pak Yono.
Istriku mengulumnya lebih dalam lagi ke dalam mulutnya dan dihisapnya
kuat-kuat sehingga membuat Pak Tono tersentak kaget “woww…” Sementara
Pak Risman pun mulai menggerakkannya lagi senjata tersebut. Istriku
nampak bangkit kembali libidonya secara singkat karena hujaman yang
mulai dipercepat oleh Pak Risman. kembali istriku melenguh “masss aduhhh
gilaaa enakkkk bangettttt….” Terlepas lagi mulut istriku dari senjata
Pak Yono. Istriku berusaha menyeimbangkan irama Pak Risman sambil
meracau “mass baru kali ini akuuuu sesakkkk…. Ahh mass hauusss…”
Akhirnya Pak Yono memutuskan untuk mengangkat mulut istriku untuk
kembali diciumnya dilumatnya dan lebih parah lagi ia meludahi mulut
istriku dan kembali melumatnya. Sambil meremas remas dada istriku yang
menggantung bebas. Sebenarnya ia kehausan karena mereka bermain di
halaman samping walau cukup rindang pepohonannya tetap saja keringat
sudah bercucuran. Istriku malah berkata “mass.. ahh lagiii…” Pak Yono
kemudian mengangkat mulut istriku menghadap atas sedikit sambil berusaha
meludahinya lagi akan tetapi kali ini istriku menjulurkan lidahnya
menanti air liur itu. Pak Yono memberikan air liurnya kembali dan
istriku menelannya dengan tuntas. Kemudian hujaman Pak Risman semakin
cepat istriku mercau lagi “ohh… ssshhhh… awww…..” sambil terus
memejamkan mata kepalanya naik turun melihat ke atas dan ke bawah dengan
keduatangannya bertumpu kepada Pak Yono menanggapi serangan Pak Risman
dari belakang ia tidak lagi bisa berkonsentrasi untuk memberikan service
kepada Pak Yono. Yang keluar dari mulutnya hanya, “yaahhh… uhhhh…
terussss… lagi… lagi…..” Sepertinya Pak Yono tidak akan mendapatkan
kenikmatannya kali ini, karena Pak Risman sudah memuaskannya lebih dari
yang ia bayangkan. Akhirnya Pak Yono menuntun istriku untuk bertumpu
kepada tiang bendera lagi sambil terus memejamkan mata ia berpegangan
pada tiang tersebut. Pak Yono namun berkata, “dik, aku sek ke kamar
kecil dulu ya. Kamu lanjutin aja sama Pak Risman kamu.” Namun istriku
tiba-tiba tersentak kaget,”ha??!?” Melihat kebelakang sejenak… “Pak
Rismannn… aduuhhh… sshhh… paannnttesssannn… ehmm….” Pak Risman hanya
menyahut, “panntessan enak ya dik? heh heh…” Lalu ia menoleh dan
mengangguk dua kali sambil berkata, “ehm ehmmbph..” dan kembali menoleh
ke tiang bendera serta memejamkan mata sambil menikmati bersetubuhan ini
sesekali ia meremas buah dadanya sendiri. Tidak lama setelah itu Pak
Yono kembali dari kamar mandi masih bertelanjang bulat membawa tikar.
Sambil melihat istriku yang tersengal-sengal, istriku juga melempar
senyum kepada Pak Yono. Pak Yono berkata lagi, “mass mu hebat kan?”
Sambil tersengal-sengal Istriku mengucap sebal, “huuuh! mas bohong” Pak
Yono tertawa sambil menyahut, “ohhh… jadi ga mau nih sama mas risman?”
Istriku melotot ke arah Pak Yono dan diam saja tidak menjawab apapun.
Pak Yono berkata lagi, “ya udah ris, klo dia ga mau cabut aja” Lalu Pak
Risman mencabut senjatannya. Istriku malah “aduhhh maasss jangan dongg….
ampuunnn mass ampunn…. terusin dongg…” Pak Yono merasa menang kembali,
“terusin apa dik?” Istriku menjawab dengan memelas dan berlutut di depan
tiang, “mau lagi” Pak Yono menimpali, “mau lagi apa yah?” Istriku
dengan melotot ke arah Pak Yono berkata, “mau mas risman lagi.” Pak
Risman tertawa, “heheheh….” Pak Yono bertanya lagi, “mau diapain ama
risman?” Istriku sebal, “apaan siihh, uda ahh nyebelin…” Lalu ia
menggelar tikar di dekat tiang itu, menyuruh Pak Risman berbaring, tanpa
di suruh lagi istriku dengan lutut kotor menuh tanah langsung berjalan
ke arah senjata Pak Risman menggenggamnya dan menuntunnya secara
perlahan ke arah liang kewanitaannya. Pak Yono dan Pak Risman saling
bertatap muka sambil melempar senyum kemenangan total. Istriku tanpa
berlama-lama lagi ia langsung menggoyangkan pinggulnya ke sana kemari.
Hanya dalam hitungan 3 menit, istriku meracau lagi, ia mencapai orgasm
nya yang kedua, “masss…. riss… akuu keluarrrrr……. ngeeehhhh…” suaranya
seperti melengking. Pak Risman dari tadi hanya diam menyaksikan istriku
berdansa di atas senjata kemenangannya, sambil merasakan kontraksi dari
liang istriku, lalu Pak Risman pun berkata, “kamu cantik dik, sempit,
enak untung aku bisa menahannya, aku ingin puaskan kamu dulu dik.”
Istriku tertunduk lemas di atas tubuh Pak Risman, mukanya memerah padam,
tidak mampu berkata-kata, ia hanya menggeleng-gelengkan kepala tanda
sangat puas dan lemas. Pak Yono pun akhirnya mengenakan pakaiannya dan
berjalan ke arah halaman depan tadi di mana daster, BH, dan CD istriku
berserakan. Ia mempersiapkan diri untuk kepulanganku sepertinya. Ia
mengambil BH dan CD tersebut dimasukkannya ke dalam kantong celananya,
sedangkan dasternya ia gantungkan di dekat tiang bendera tempat Pak Ris
dan istriku bermain di atas tikar. Sepertinya istriku sudah tidak kuat
lagi, akhirnya Pak Risman mengambil inisiatif untuk menyedot buah
dadanya terlebih dahulu, meremasnya, memilinnya. Pak Yono terhenti
sejenak di belakang istriku, sambil menggantungkan daster tersebut.
Sepertinya libidonya naik kembali dan memiliki inisiatif baru. Tetapi
dia harus berjaga di depan menunggu kepulanganku. Padahal aku berada di
samping rumah sambil mengintip aksi ini. Aku melihat di sekitarku sangat
sepi tidak ada orang sama sekali. Waktu kira-kira sudah menunjukkan
pukul 1 siang. Sudah tiga jam pergumulan ini berlangsung. Akhirnya Pak
Yono berkata lagi, “dik, aku mau jaga depan yah menunggu mas nar. Takut
pulang.” Istriku melihat Pak Yono, dan bingung harus berbicara apa,
“tapi mas, mas kan belum keluar…” sambil tersengal-sengal. Pak Yono
menjawab, “ga apa apa dik, lagipula senjata aku lebih kecil dari mas
ris, nanti kalau aku masukin sekarang tidak ada rasanya dik.” Istriku
mengucap lagi, “baik mass, aku janji kalau ada kesempatan lagi aku balas
budi mas dua kali lipat.” Pak Yono tertawa sambil melempar senyum
kepada Pak Risman. Istriku melanjutkan pergumulan itu lagi, sepertinya
istriku benar-benar lemas. Akhirnya Pak Risman mengangkat istriku dan
membalikkan posisinya. Istriku mengangkang dengan bulu-bulu kemaluannya
yang sudah basah dan bau keringat bercampur cairan cintanya. Pak Risman
berusaha memasukkan senjatanya lagi. “ohh….” lenguhan istriku ketika
senjata itu masuk lagi. Pak Yono membakar rokok sambil berjalan ke arah
pagar depan. Wah gawat aku bisa ketahuan, akhirnya aku memutuskan untuk
memutari rumahku sambil mengintip di mana posisi Pak Yono. Sepertinya
Pak Yono mencari-cari aku yang tak kunjung pulang. Aku tidak dapat lagi
menyaksikan apa yang dilakukan Pak Risman dan istriku di dalam sana dan
onaniku pun terhenti. Pak Yono sepertinya tidak menemukanku, ia merokok
di depan pagar hingga dua batang. Sekiranya hampir 20-30 menit menunggu
Pak Yono pergi kembali ke dalam. Saya sudah bisa melihat lagi ke arah
dalam. Tetapi tidak menemukan istriku dan Pak Risman. Pak Yono pun tidak
aku temukan. Yang aku lihat hanyalah pakaian Pak Risman di halaman
samping dan daster istriku yang masih menggantung saja. Lalu aku
memutuskan untuk memanjat dari tempat Rizal dan Doni mengintip untuk
mencari di mana istriku berada. Akhirnya aku menemukannya, ia sedang
berada di atas meja kayu setinggi lutut Pak Risman sambil mengangkang
menyambut senjata Pak Risman. Pak Yono sambil merokok terus menyaksikan
kejadian ini. Yang terdengar hanyalah lenguhan istriku berkali-kali,
“uhhh…. hmmm… ehhh…” Setelah itu beberapa menit kemudian, istriku
berkata lagi sambil tersengal-sengal, “mas ris kok belum keluar sih…
apaaa akuu kurang memuaskan ya mass… uhhmm” Pak Risman menjawab, “dik
Yola, kamu itu wanita tercantik yang aku pernah rasakan, aku ingin
sekali cepat keluar, tapi nanti kita ga bisa dapat kesempatan seperti
ini lagi.” Istriku meracau lagi, “oooohhh… gillaaaa sssshhh… mass…
puassinnn akuu yaahhh terusss ngeeehhh terussshh…” Pak Yono hanya
tersenyum melihat istriku seperti itu. Pak Risman menjawab, “pasti dik
Yola, aku sering sekali beronani sendirian membayangkan kamu seandainya
saja kamu istriku.” Istriku mengangguk-anggukkan kepalanya dengan terus
memejamkan mata, dan mulai berkata, “maasss… harii inii… akuuu
istriiimuu…” Pak Yono menimpali, “mas naryo gimana dong?” Istriku diam
saja sambil terus merasakan kenikmatan ini. Istriku berkata lagi,
“masss… akuuu hauss lagiii….” Pak Risman menurunkan istriku diarahkannya
ketembok sambil tetap menancapkan senjatanya. Lalu mencium istriku
melumat bibirnya memberikan air liur kepada istriku hingga menetes
keluar dari bibir indah istriku. “ohhh gilaaa… ssshhmmm…”, racauan
istriku lagi. Pak Yono mengajak Pak Mamat dan Pak Bayu bermain kartu di
depan. Dan pamit sebentar kepada mereka untuk menggulung tikar mengambil
daster istriku serta pakaian Pak Risman.
Tiba-tiba saja kami dikagetkan oleh Pak Mamat dan Pak Bayu di depan
pintu. Istriku melotot ke arah Pak Yono tetapi tidak juga melepaskan
serangan Pak Risman. Pak Yono buru-buru ke depan sambil mengajak mereka
bermain kartu. Pak Yono kembali belakang ia berkata kepada istriku, “dik
ada Pak Mamat dan Pak Bayu tuh.” Istriku melihat Pak Yono, “mass…
sebentar lagii… yahhhh… tanggunngg…” Pak Yono hanya tersenyum kepada Pak
Risman, dan berkata, “apa mau di ajak sekalian dik?” Istirku melotot
dan marah, “ngawur aja kalo ngomong emangnya aku apaan!!!” Akhirnya
setelah 4 jam permainan ini, Pak Risman mencapai orgasm pertamanya, “dik
Yola… aku keluarrr yaahhhh….” Istriku yang sudah tidak sadar lagi siapa
dirinya, cuma mengangguk-angguk sambil melihat Pak Risman dengan
memelas “ohh mass… aku juggaaa….” Istriku berteriak keras sekali,
“ahhh…. ngeeehhh… ssshhhhhh…” Akhirnya dikeluarkannya sperma Pak Risman
di dalam liang kewanitaannya. “yeaahh”, suara terdengar dari Pak Risman.
“banyaakkk… duhhh…”, istriku berkata. Istriku lemas sekali entah ini
orgasm ke 3 atau ke 4. Karena saya tidak melihatnya selama 30 menit
tadi. Akhirnya dengan rambut yang acak-acakan, tubuh penuh tanah, ada
sisa-sisa sperma yang menetes di tanah. Badannya bau keringat, sperma
dan air liur. Ia terduduk di tanah. Tidak mampu berdiri lagi. Pak Risman
meninggalkan istriku di sana, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan
dirinya. Entah apa yang dikatakan Pak Yono di depan sana, tetapi mereka
seperti sedang tertawa-tawa setelah mendengar teriakan istriku tadi.
Seselesainya Pak Risman membersihkan dirinya, ia berpakaian sambil
melihat istriku yang masih terduduk lemas dan memejamkan matanya ke arah
langit-langit. Akupun harus menghindar karena bisa kelihatan klo sedang
mengintip. Pak Risman namun berkata, “dik Yola, kamu sungguh wanita
idamanku. Terima kasih banyak yah…” Istriku kemudian menoleh dan
melempar senyum kepada Pak Risman, “aku juga terima kasih mas… ini
pertama kalinya aku merasa terpuaskan seperti ini.. hosh hosh… jangan
bilang-bilang mas nar yah mas. Tolong!” Pak Risman tersenyum, “ya ga lah
dik, bisa gawat atuh kita.” Pak Yono sudah kembali dan memanggil Pak
Risman. Akhirnya mereka meninggalkan istriku dalam keadaan seperti itu
karena tidak ingin ketahuan Pak Mamat dan Pak Bayu. Istriku masih
terkulai lemas di tanah itu sambil terus terengah-engah dengan wajah
penuh kepuasan ia tersenyum sendiri. Sekiranya 10 menit dari itu.
Istriku mencoba bangkit. Pak Yono kembali lagi ke belakang untuk melihat
keadaan istriku. Pak Yono membantu istriku menuju kamar mandi. Sambil
menggantungkan daster nya tadi. Istriku berkata kepada Pak Yono, “mas
tolong ambilin handuk yah di samping.” Pak Yono pergi ke samping dan
mengambil handuk. Hampir saja aku keliahatan. Lalu aku memutuskan untuk
pulang sekarang aku ingin tahu seberapa paniknya mereka melihat aku
kembali. Lalu suara motorku kunyalakan dari kejauhan terdengar suara
motor yang sudah ingin sampai di rumah. Lalu sesampainya di rumah Pak
Risman buru-buru masuk ke dalam memanggil Pak Yono. Pak Yono dan Pak
Risman pun keluar, sedangkan aku mendengar suara istriku gedebukan di
belakang. Sepertinya buru-buru mengenakan daster. Lalu Pak Yono dan Pak
Risman bermain lagi dengan Pak Mamat dan Pak Bayu. Akupun bersiap untuk
bergabung bersama mereka. Aku memanggil lagi istriku “mahh, kopi nya
dong disiapin…” Istriku menjawab, “ia pahh” Akhirnya tak lama istriku
keluar dan memberikan kopi itu kepada mereka. Istriku pun keluar membawa
kopi. Agak basah kumelihat daster itu menyetak bentuk buah dadanya
putingnya dan terlebih lagi ternyata BH dan CD istriku masih di kantong
Pak Yono. Aku dapat melihat putih-putih sedikit dari kantongnya. Aku
bertanya kepada istriku, “kok basah gini mah? keringetan?” Istriku
melirik Pak Yono dan Risman, “i..iyaa mass… tadi abis beres-beres abis
mas lama sih perginya.” Akupun menjawab, “ia tadi ngobrol dulu sama Pak
Soni jadi lupa waktu deh.” Waktu menunjukkan pukul 2 siang berarti
pergumulan itu berlangsung selama 4-5 jam. Sambil menunduk dan
meletakkan kopi saya rasa Pak Mamat dan Pak Bayu serta Pak Risman maupun
Pak Yono dapat menyaksikan payudara istriku yang sudah tidak mengenakan
apa-apa lagi. Lalu aku menyeletuk kecil,”mah kok ga pake BH sih… ga
malu apa” Istriku cuma menjawab, “panas pah…” Pak Yono dengan kurang
ajarnya mendengar kami, “gpp mas nar… bonus… hehehehe….” Lalu akupun
berlagak tertawa kepada mereka. Istrikupun tertawa puas.
Aku sebenarnya marah kepada istriku, “Mengapa Aku Dikhianati?” Aku
sendiri bingung apakah ini semua salahku? Aku yang mebuat ini semua
terjadi? Mengapa aku sangat menginginkan hal ini? Darahku terus berdesir
dan jantungku berdegup setiap kali tatapan Pak Risman dan Pak Yono
kepada istriku. Setiap kali ejekan dan candaan Pak Risman dan Pak Yono
kepada istriku. Antara bangga,cemburu,senang,horny,bahagia, tidak tahu
lagi yang mana yang aku rasakan.
Ketahuilah ini bukanlah akhir, melainkan awal dari semua aksi
eksibisionis Yola, istriku, wanita yang sangat kucintai menuju ke arah
yang lebih tinggi lagi yang akan diceritakan di Part 4.
Senin, 06 April 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KABAR BAIK
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Zara, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzaninvestment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 400 juta rupiah (Rp400.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Zaradam@yahoo.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut